Page 506 - Masalah Agraria Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat Indonesia
P. 506
Lampiran
satu dengan lainnya, kecuali itu pedukuhan Polaman itu dian-
tarai onderneming Sumbersuko dengan krajan Dampit.
b. Adapun penghasilan petinggi mendapat sawah ganjaran 2,410
bahu dan orang angguran banyaknya 12 orang, di krajan Dam-
pit, dan pedukuhan Ngelak hanya mendapat orang angguran,
sedang yang di pedukuhan Polaman kecuali mendapat orang
angguran juga mendapat orang angguran berupa tanah te-
galan.
Adapun banyaknya orang angguran dan tanah ganjaran
prabot-prabot desa ditetapkan seperti di bawah ini :
Krajan Dampit : 3 kamituwa a 5 gogol, 1 carik a 5 gogol, 3
kebayan a 4 gogol, 4 kepetengan a 4 gogol, 1 kuwawa a 4
gogol, 1 modin a 2 gogol.
Pedukuhan Ngelak : 1 kamituwa a 5 gogol, 1 kebayan 4 gogol,
2 kepetengan a 4 gogol, 1 modin 2 gogol.
Pedukuhan Polaman : 1 kamituwa 1 gogol dan 6,6062 bahu
tanah ganjaran; 2 kebayan masing-masing mendapat 1 orang
serta tanah ganjaran 4,110 bahu; 2 kepetengan masing-
masing mendapat orang gogol dan tanah ganjaran 4,044 dan
4,026 bahu; 1 modin hanya mendapat ganjaran saja luasnya
2,02 bahu.
c. Masing-masing orang angguran membayar uang f 25 kalau
gogol, f 12,50 kalau kendon. Dibandingkan dengan peraturan
lama pembayaran angguran buat gogol turun f 5, buat kendon
turun f 2,50.
Semua orang tidak mufakat pembayaran angguran kurang
dari yang tersebut bab c, sebab kalau kurang dari itu, akan
terlalu banyak orang menganggur, menjadikan keberatan
orang yang harus menjalankan pekerjaan.
d. Kecuali orang angguran dan tanah ganjaran sawah, petinggi
mendapat orang pancen 2 (dua) orang tiap harinya.
e. Petinggi dengan prabot-prabot desa semua mendapat “soyo”
(tenaga bantuan) pekerjaan tidak dengan bayaran, hanya
memberi makan dan minum selama memberi bantuan itu.
f. Pajak-pajak tanah ganjaran dibayar oleh petinggi atau prabot-
prabot desa yang menerima ganjaran masing-masing.
g. Kalau ada orang jual beli rumah atau tanah petinggi dan
485