Page 72 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 72

Mereka yang Dikalahkan  47


              langsung mengalami kerusakan ketika hutan  di  atasnya  dibuka,
              diolah atau dieksploitasi untuk dijadikan tanaman industri, apalagi
              ditambah  dengan  pengusahaan  yang intensif melalui kanalisasi
              dan pengeringan.  Di  Pulau Padang,  pembangunan kanal  yang
              panjang dan lebar dilakukan oleh perusahaan untuk memudahkan
              transportasi pengiriman bibit dan pengeluaran kayu hutan alam, hal
              itu menyebabkan rusaknya lahan secara permanen. 15

                  Secara keseluruhan, lahan  gambut  di  Indonesia  yang telah
              dibebani  izin  konsesi  sampai  dengan  tahun 2013 mencapai 2,4
              juta  hektar, termasuk  konsesi  pertambangan  mineral  dan  batu
              bara sekitar 295 ribu hektar. Jika dilihat secara teliti, beberapa data
              menunjukkan,  potensi  kerusakan  akibat  intensitas pengelolaan
              lahan hutan tanaman dan perkebunan kelapa sawit, maka keduanya
              memiliki  peluang  yang  sangat  besar sebagai  penyebab  kerusakan

              lahan gambut secara masif, baik berupa penghilangan hutan alam
              maupun akibat  kanalisasi dan  pengeringan.   Diketahui secara
                                                         16
              umum,  pembangunan  kanalisasi di  hutan gambut  sebagai akibat
              pengelolaan Hutan Tanaman Industri menyebabkan kekeringan di
              musim panas dan dengan mudah bencana banjir terjadi jika musim
              hujan. Sementara, penanaman sawit di lahan gambut menyebabkan
              rusaknya lahan gambut akibat sawit dikenal sebagai tanaman yang
              membutuhkan air cukup banyak, dan itu akan menyedot kantung-
              kantung air yang terserap dalam gambut.














              15   Wawancara dengan Mukhti, petani di Mekarsari, Pulau Padang, Juni
                  2016.

              16  Christian P.P Purba, dkk./Forest Watch Indonesia, op.cit., hlm. 28.
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77