Page 9 - Mereka yang Dikalahkan, Perampasan Tanah dan Resistensi Masyarakat Pulau Padang
P. 9
viii M. Nazir Salim
dengan warga Riau. Apa yang dikerjakan oleh generasi sebelumnya
yang tidak memahami secara baik fungsi dan keberadaan hutan
alam kini ditanggung oleh anak cucu mereka, dan kajian ini
memiliki misi mengingatkan alam bawah sadar sekaligus berhasrat
untuk terus mengingatkan bahwa alam dan hutan bukan untuk
“digunduli” tetapi dijadikan teman, dimanfaatkan seperlunya.
Walaupun terlambat, akan tetapi tetap menjadi pelajaran penting
bagi generasi berikutnya bahwa menjaga ekosistem hutan adalah
kunci menyelamatkan kualitas generasi selanjutnya.
Pulau Padang kini sudah berubah menjadi konsesi RAPP untuk
dijadikan kebun kayu (HTI). Ke depan tentu akan jauh berbeda,
hutan ini akan segera rata bahkan sebagian besar sudah rata dengan
tanah, dan tumbuh semaian bibit-bibit baru menjadi kebun akasia.
Konsentrasi penulis secara moral hanya mendudukkan bahwa apa
yang dikerjakan oleh pelaku illegal logging, korporasi, dan negara
akan membawa dampak besar bagi generasi berikutnya, dan kini
segala daya upaya dicurahkan untuk mengatasi dampak-dampak
ikutan akibat kebijakan tersebut. Ketimpangan lahan dan menipisnya
ruang akan menjadi persoalan serius di masa depan dan masyarakat
harus cepat menyadari situasi itu. Sembari menyadari situasi, bahwa
hutan adalah anugerah dan harus dijaga secara bersama.
Secara pribadi penulis tidak berasumsi bahwa kajian ini mampu
menjelaskan persoalan secara memadai, buku ini hanya bagian dari
penggalan cerita ringkas bagaimana rantai bisnis kayu dari hutan
serta pola dan praktik sebuah kebijakan di jalankan dan dampaknya
bagi masyarakat ke depan.
Atas terbitnya buku ini, saya berhutang budi kepada orang-
orang yang membantu saya di lapangan. Kepada teman-teman saya
di Pulau Padang, Mas Mukhti, Mas Yahya, Mas Pairan, Bang Amri,
Ibu Purwati, dan warga lainnya yang banyak membantu saya di Pulau
Padang. Kepadanya saya belajar banyak tentang arti perjuangan