Page 23 - Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria (Hasil Penelitian Strategis STPN 2015)
P. 23

8     Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria


            Daerah. Dalam ketentuan undang-undang ini ditegaskan bahwa penelitian
            dan  penentuan  masih  adanya  Hak  Ulayat  dilakukan  oleh  Pemerintah
            Daerah  dengan  mengikutsertakan para pakar  Hukum Adat,  masyarakat
            hukum adat  yang ada di  daerah  yang  bersangkutan,  Lembaga  Swadaya
            Masyarakat dan instansi-instansi yang mengelola sumber daya alam. Artinya
            kemudian kewenangan negara dalam pengakuan dan perlindungan hak
            ulayat ini didelegasikan kepada daerah sejalan dengan iklim desentralisasi
            saat itu. Hal ini kemudian diperkuat dengan Keppres No. 34 Tahun 2003
            yang antara lain menyatakan bahwa ‘penetapan dan penyelesaian masalah

            tanah ulayat’ dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.  Atas dasar
                                                                    12
            ini kemudian kita bisa melihat ada banyak sekali Peraturan Daerah (Perda)
            atau keputusan kepala  daerah  yang kemudian  ditetapkan  tentang hak
            ulayat masyarakat hukum adat. Beberapa diantaranya yaitu:
            1.   Perda Kab. Lebak No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak

                Ulayat Masyarakat Baduy;
            2.  Perda Kab. Nunukan No. 3 Tahun 2004 tentang Hak Ulayat Masyarakat
                Hukum Adat;
            3.  Perda Kab. Nunukan No. 4 Tahun 2004 tentang Hak ulayat Masyarakat
                Hukum Adat Lundayeh Kab. Nunukan;
            4.  Perda No. 6 Provinsi Sumatera Barat Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat
                dan Pemanfaatannya;
            5.  Perda Khusus Provinsi Papua No. 23 Tahun 2008 tentang Hak Ulayat.


            12   Perhatikan Pasal  2  ayat (1)  Keppres No. 34  Tahun 2003  yang menyatakan
                bahwa  sebagian kewenangan Pemerintah (Pemerintah Pusat maksudnya:
                penulis) di  bidang  pertanahan dilaksanakan oleh  Pemerintah  Kabupaten/
                Kota. Selanjutnya, ayat (2) dari Pasal 2 Keppres di atas merinci kewenangan
                yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, yaitu:
                a.  pemberian ijin lokasi;
                b.  penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan;
                c.  penyelesaian sengketa tanah garapan;
                d.  penyelesaian  masalah ganti  kerugian dan  santunan  tanah  untuk
                   pembangunan;
                e.  penetapan  subyek dan obyek  redistribusi  tanah,  serta ganti  kerugian
                   tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;
                f.  penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat;
                g.  pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong;
                h.  pemberian ijin membuka tanah;
                i.  perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28