Page 45 - Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria (Hasil Penelitian Strategis STPN 2015)
P. 45

30    Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria


            rangka  mewujudkan  pengelolaan  pertanahan dan  kegiatan administrasi
            dalam semua aspek kehidupan
                Dalam upaya menyusun upaya penyelesaian sengketa yang ada, kiranya
            kita perlu memahami teori penyelesaian sengketa. Hal pertama yang harus
            kita pahami adalah asal/ akar konflik/ sengketa yang ada. Yaitu terampasnya
            wilayah adat masyarakat cek bocek disertai larangan mengaksesnya. Hal ini
            berarti telah merampas hak dasar dari masyarakat adat berupa wilayahnya.

            Dimana disanalah masyarakat menggantungkan kehidupannya baik secara
            fisik maupun non fisik berupa jalinan religiusitasnya dengan nenek moyang
            yang  divisualisasikan melalui keberadaan makam-makam  pendahulu.
            Simon Fisher dalam Salim menyebutkan tentang teori kebutuhan manusia
            bahwa penyebab terjadinya sengketa adalah kebutuhan dasar manusia baik
            fisik, mental, dan sosial yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan,
            identitas,  pengakuan,  partisipasi,  dan otonomi  sering  merupakan  inti

            pembicaraannya.  Lebih lanjut Abraham Maslow dalam Salim menyebutkan
                           26
            adanya hierarkhi kebutuhan  yang  terbagi  dalam 5 hal  yaitu kebutuhan
            fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan
            penghargaan, dan  kebutuhan akan aktualisasi diri.  Kebutuhan fisiologis
            adalah  kebutuhan-kebutuhan  pokok  manusia,  seperti sandang,  pangan
            dan perumahan. Kebutuhan fisiologis inilah yang erat kaitannya dengan
            keberadaan hutan adat sebagai wilayah hidup dan penghidupan masyarakat.
            Mengingat bahwa kebutuhan utama ini yang menjadi penyebabnya, maka
            harus  ada upaya untuk  bisa  memulihkan pemenuhan  kebutuhan  dasar

            ini baik dalam bentuk kompensasi maupun pengembalian pada kondisi
            semula. Membicarakan upaya pemulihan ini tentunya berkaitan dengan
            ganti kerugian. Meskipun  umumnya istilah ini  terkait  dengan kegiatan
            pengadaan tanah yang identik dengan pengambilalihan tanah oleh negara
            maupun swasta atas dasar pembangunan dan kepentingan umum, namun
            dalam kasus ini  dapat  dianalogikan  sebagaimana  tersebut.  Berkenaan
            dengan tuntutan akan ganti rugi tanah yang diharapkan oleh masyarakat

            cek bocek adalah berupa kompensasi oleh perusahaan sebagai pengganti



            26  Salim, Ibid. Hlm: 159-160.
   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50