Page 46 - Reforma Kelembagaan dan Kebijakan Agraria (Hasil Penelitian Strategis STPN 2015)
P. 46

Hasil Penelitian Strategis STPN 2015  31


              atas  tanah  yang hilang  tersebut.  Atau jika, masyarakat menginginkan
              tanah adat tersebut dikembalikan kepada mereka dalam arti dikeluarkan
              baik dari kawasan hutan maupun kawasan eksplorasi perusahaan.
                  Pemenuhan  kebutuhan  dasar  masyarakat  dapat  dipenuhi dengan
              serangkaian upaya diantaranya:

              1.   Penguatan eksistensi dan pengakuan hak masyarakat adat
              2.  Menggunakan media negosiasi  dan mediasi  guna mencapai
                  kesepakatan terkait ganti rugi.
              3.  Menciptakan stabilitas keamanan di wilayah tersebut


                  Langkah  pertama  membutuhkan  sinergi dan  kesepahaman antara

              pemerintah dengan masyarakat. Sebagaimana di jelaskan di awal, bahwa
              sistem hukum kita menghendaki adanya pengakuan tentang masyarakat
              adat  yang  tertuang dalam  peraturan daerah atau  keputusan  bupati/
              walikota. Hal ini  artinya bahwa masyarakat  adat masih memerlukan
              perjuangan  panjang  untuk bisa  diakui  sebagai  subjek hukum. namun
              harapannya  bahwa pemerintah  juga  memberikan peluang perlindungan
              tersebut. Hal  ini  penting  bahwa  stigma  pemerintah  yang  selama ini
              muncul selalu memandang sebelah mata terhadap masyarakat adat dan
              menafikan keberadaannya termasuk segala upaya yang dilakukan dalam

              rangka  pengakuannya.  Langkah kedua  dengan menjalin komunikasi
              berbagai  pihak  yang  berkepentingan  untuk secara sadar  menemukan
              upaya penyelesaian yang terjadi. Terutama sekali adalah antara perusahaan
              dengan masyarakat  dalam  rangka menemukan kesepakatan  tentang
              bentuk dan  besarnya ganti  rugi.  Dikatakan demikian  karena  peneliti
              yakin bahwa  sangat  tidak mungkin merubah  peta kontrak karya  atau
              melepaskan  tanah  masyarakat dari  wilayah  pertambangan  (enclave).

              Terkait ganti rugi ini tentunya harus dipikirkan dengan baik sehingga tepat
              baik  bentuk,  besarnya, serta objek penerimanya.  Klaim yang selama  ini
              diajukan oleh masyarakat adat adalah bahwa wilayah tersebut merupakan
              wilayah adatnya. Oleh karenanya mungkin dapat dipertimbangkan bahwa
              ganti rugi juga bukan bersifat perseorangan/ individu namun lebih kepada
              kelompok masyarakat/ lembaga adatnya. Sehingga penggantian yang ada
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51