Page 195 - Konstitusionalisme Agraria
P. 195

Pada periode ini setidaknya lebih dari tiga puluh undang-
            undang yang berkaitan dengan tanah dan sumber daya alam lainnya.
            Kebanyakan dari undang-undang tersebut memperkenalkan
            skema-skema pemanfaatan sumber daya alam yang baru. Skema
            yang dikembangkan adalah model perizinan yang diberikan oleh
            pemerintah pada tingkat pusat dan juga daerah. Fragmentasi
            pengaturan agraria semakin banyak dan menjauh dari semangat yang
            sebelumnya pernah ada di dalam UUPA. Bahkan perkembangan-
            perkembangan yang ada tidak dapat dikerangkakan dalam UUPA
            yang mestinya menjadi undang-undang pokok atau undang-undang
            payung untuk segala aktivitas yang berkaitan dengan tanah, air dan
            kekayaan alam yang terkandung padanya.
                 Undang-undang yang lahir pada periode ini memfasilitasi
            keterlibatan swasta yang lebih besar dalam pemanfaatan tanah
            dan sumber daya alam lainnya. Upaya tersebut dilakukan dengan
            menerapkan pendekatan ekonomi yang kuat dalam pemanfaatan
            tanah dan sumber daya alam dengan mengabaikan persoalan hak
            asasi manusia, keadilan dan kelestarian lingkungan. Fasilitasi
            terhadap keterlibatan swasta yang lebih besar dilakukan dengan
            memperkenalkan sejumlah mekanisme perizinan dan konsesi yang
            mudah diakses oleh para pengusaha. Selain itu, undang-undang
            juga hadir menjadi pembenar bagi “pencurian” harta milik rakyat
            (het recht als instrument van diefstallen) (Sodiki, 2013 :32). Karakter
            yang juga melekat pada undang-undang periode ini adalah semakin
            banyaknya ketentuan tindak pidana yang sejatinya ditujukan untuk
            mengkriminalisasi masyarakat yang sedang berkonflik baik dengan
            perusahaan maupun dengan instansi pemerintah.
                 Pada level di bawah undang-undang juga terdapat peraturan
            yang banyak disorot, diantaranya PP No. 36/2005 tentang Pengadaan
            Tanah Untuk Pelaksanaan Pembangunan Demi Kepentingan
            Umum, dan PP No. 2/2008 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan
            Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kawasan Hutan
            Untuk Kepentingan Pembangunan Di Luar Kegiatan Kehutanan
            Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan. Di samping pada
            regulasi, terdapat beberapa kebijakan pemerintah yang mendivestasi


               164     Konstitusionalisme Agraria
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200