Page 200 - Konstitusionalisme Agraria
P. 200

Sektoralisasi menghadirkan banyak kementerian yang mengurusi
            tanah dan sumber daya alam lainnya telah memungkinkan pemerintah
            untuk bisa membagi-bagi jatah kementerian kepada partai-partai
            pendukung pemerintah. Pada periode pemerintahan paska Soeharto,
            posisi-posisi kementerian yang berkaitan dengan tanah dan sumber
            daya alam lainnya didominasi oleh politisi-politisi partai politik
            pendukung pemerintah yang acapkali jabatan yang diembannya tidak
            sesuai dengan latarbelakang pendidikan dan profesinya. Penentuan
            posisi menteri yang menduduki jabatan menteri di bidang tanah dan
            sumber daya alam lainnya dilakukan berdasarkan pertimbangan politis
            daripada pertimbangan teknokratis.
                 Sektoralisme menghadirkan konflik kewenangan antar-instansi
            pemerintah yang menghambat tercapainya tujuan-tujuan bernegara
            untuk menyejahterakan rakyat. Masing-masing instansi pemerintah
            menggunakan dasar yuridisnya masing-masing untuk memperbesar
            kuasanya atas tanah dan sumber daya alam lainnya. Akibatnya
            terjadi tumpang tindih peraturan dan izin-izin yang diberikan
            kepada perusahaan untuk memanfaatkan tanah dan sumber
            daya alam lainnya. Belum lagi bila dikaitkan dengan kewenangan
            pemerintah daerah yang juga memiliki wewenang untuk mengatur
            dan mengurus tanah dan sumber daya alam yang ada di daerahnya.
            Tumpang tindih peraturan, perencanaan dan pemberian izin-izin
            pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya menimbulkan
            kerugian keuangan negara. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
            misalnya dalam laporan audit yang dilakukannya di Kalimantan
            Tengah tahun 2009 menemukan potensi kerugian keuangan negara
            akibat beroperasinya perusahaan perkebunan yang mendapat izin
            dari pemerintah di atas kawasan hutan. Potensi kerugian keuangan
            negara berdasarkan laporan BPK itu sebesar Rp. 35.581.870.687,52
            dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) sebesar USD 6.056.697,36
            dari Dana Reboisasi (BPK, 2009).
                 Contoh lain dari akibat sektoralisme dalam pengurusan tanah
            dan sumber daya alam lainnya adalah tumpang tindih konsesi/izin
            pemanfaatan tanah dan sumber daya alam lainnya seperti yang
            terjadi di Kalimantan Timur. Kaltim Post, sebuah koran lokal terbitan


                    Konstitusi Agraria dan Penggunaannya dalam Tiga Rezim Pemerintahan     169
   195   196   197   198   199   200   201   202   203   204   205