Page 34 - Biografi Managam Manurung
P. 34
Managam Manurung: Sestama BPN RI ... 19
Tomok, Lontung Urat, Onan Runggu, Nainggolan dan beberapa
desa sekitarnya.
Motung adalah tanah kelahiran yang menempa Managam
kecil ketika ia pertama kali hadir ke dunia 60 tahun yang lalu,
pada masa transisi (Jepang meninggalkan Indonesia sampai
meletusnya G 30 S/PKI). Di desa inilah Managam kecil dilahirkan
dan dibesarkan dalam tradisi keluarga petani yang selalu hidup
dengan semangat dan kerja kerasnya. Tanah pertanian yang luas
dan simpanan padi di lumbung yang berlimpah adalah simbol
harta dan kesejahteraan bagi seorang petani. Namun tanah yang
luas dan padi yang berlimpah, bukanlah sebuah titik yang meng-
isyaratkan dimana kemudian Managam kecil bisa berhenti untuk
kemudian menjadi anak yang bisa selalu duduk bermanja-manja.
Managam kecil sangat tahu bahwa ‘tanah yang luas’ berarti ‘kerja
keras’. Sebagaimana tradisi agraris yang dirintis omppung
moyangnya dan selalu ditanamkan oleh kedua orang tuanya,
kehidupan petani adalah kehidupan sahaja yang penuh kerja.
Waktu kehidupan dibagi dengan sangat sederhana, siang, sore
dan malam (manogot, arian, botari, borngin) serta musim mena-
nam (manuan) dan musim menuai (manggotil). Kondisi inilah
yang secara tidak langsung telah menempa Managam kecil
dengan tradisi kehidupan petani yaitu bekerja keras mengurus
ladang. Kawasan lereng bukit yang mengelilingi Danau Toba
sendiri ibarat amfiteater alam yang luas dan surga bagi petani.
Petak-petak sawah berwarna hijau adalah bagian dari keseharian
Managam kecil di masa belianya.
Sebuah kelahiran adalah sebuah berkat kebahagiaan. Dalam
filosofi Batak yang sampai sekarang masih dipegang teguh, anak
adalah kekayaan atau diistilahkan ‘anakkonhi do hamoraon di au’.
Kehadiran anak mempunyai makna yang sangat penting dalam