Page 49 - Antologi Puisi Agraria Indonesia
P. 49
Aktivis Tua
Dede Ahmad Mulyana
pagi masih terasa dingin
jalanan masih berkabut
gumpalan es masih membasahi dinding
tapi hatinya terasa dibakar
terbakar oleh darah
yang mengalir dalam nadi, menggejolak dalam jiwa
terketuk oleh detak jntung yang membantah
pagi menjadi panas
tak rela batin ini terpukul oleh jiwaku
walau darah dalam nadinya terkuras habis
walau saraf-saraf otaknya telah putus
untuk membangun jembatan di masa lalu
bergegas untuk menengok jembatan
yang dianggapnya telah keropos
kayu kecil yang menemani beberapa langkahnya
membuat ia sadar akan apa yang telah terjadi
jembatan yang utuh
rel yang kokoh
membuatnya nyaman
untuk pergi ke alam yang lebih bijak
34 Antologi Puisi Agraria Indonesia