Page 80 - Antologi Puisi Agraria Indonesia
P. 80

Sketsa

                                   Mimik Hairati




             kembali lagi kita seperti pejuang
             yang harus merengek melawan gumpalan
             asap yang mencair dari air mata
             para fakir yang patah


             sawah yang seharusnya membentang
             memberi seteguk senyum
             kebun yang harusnya berada di sekeliling
             memberikan kemudahan pada mereka
             denyutan nadi yang tak pernah luruh
             kini semata-mata hanya tumbal
             karena gedung berias yang menjanjikan kemenangan itu
             adalah sketsa bengis


             ah, kita tak boleh berhenti berjuang!





















                                            Tanah-tanah lengang    65
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85