Page 91 - Antologi Puisi Agraria Indonesia
P. 91

Di Punggung Kita

                                  Mimik Hairati




            bagai cinta yang disapu kipasan badai, sayang
            hari ini tepat ketika fajar menghimpit jejak petang yang tak
            berjabat
            kita dilahirkan kembali sebagai bambu tumpul
            yang tiada daya untuk meruncing


            bagai cinta yang jatuh di lingkaran gelap, sayang
            kuceritakan kembali padamu dengan bahasa keteguhan
            yang tak dapat dimaknai oleh siapapun kecuali hatimu dan
            hatiku
            yang menginginkan kita bersua dalam kebebasan yang hakiki
            bahwa dulu sang saka dipaksa berkibar di puncak hotel Yamatto
            meski setiap orang berebut maut


            tapi sekarang di punggung kita sendiri
            kita adalah orang lain
            yang berpijak di tanah mereka yang bersaku

















            76   Antologi Puisi Agraria Indonesia
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96