Page 95 - Antologi Puisi Agraria Indonesia
P. 95

Yang Berbiak dalam Tanah

                                    Mahendra




            Lelakilelaki dan perempuan berdiam dalam tanah. Menggali
            tubuhnya. Mengharap menemukan rumah muasal dirinya.
            Lengannya gumpalan takdir yang bergerak antara bandul
            nasib dan puisi abadi –neraca hujan, musim visa, sungaisungai
            uang yang mengalir sebagai koprasi kehidupan. begitu
            sederhana. Sesederhana tanah di pematang sawah; sapisapi
            menyetubuhinya dengan semangat dan citacita, padi hidup
            dengan janjinya.


            Pada tanah: lelakilelaki menekur diri. mengeja lembab dan
            sengak. Seperti mengulang setiap perjalanan sebagai kelahiran.
            Seperti mengulang diri sebagai adam. Adam yang berjalan
            dengan kakikaki tonggak ke dasar lautan.


            Pada tanah kembali ke tanah! setelah 63 tahun pengembaraan
            sebagai tubuh, tanah mendiami dirinya hingga lungkrah.
            Tanahtanah serapah di ujung lidah para santo di lotengloteng
            rumahnya; diamdiam membuat patung tanpa kepala yang tolol,
            melemparkan dirinya ke dalam bakbak berlumpur, seketika
            tanah menjadi serupa adam dirinya. tanganku tanah lain dari
            sawah yang tak dikenal dalam peta. Nasib bergerak ke bawah.
            lelaki berjalan dengan menyebut nama dewadewa.


            Pada tanah: aku menjumpai adam dengan perut yang buncit.
            Tangannya mengepalkan buah apel tanah berwarna coklat tua.


            80   Antologi Puisi Agraria Indonesia
   90   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100