Page 94 - Antologi Puisi Agraria Indonesia
P. 94
akulah anak-anak petani itu yang kelak tidak akan
menggantung pegangan cangkul yang kerap menghilang
ketika banyak sederetan mesin mengepulkan asapnya ke semua
arah. hingga bapakku, ibuku, isteriku, anakku, pamanku
keponakanku juga semua vertikal horison, termasuk kau
menutup hidung ketika lubang-lubang dipenuhi bang-sabang
dan to-lato, hingga menbentuk sarang labalaba di teras rumah
muda yang dipajang atas nama bangun cinta. dan mata-mata
mengalirkan liurnya di pipi yang tak asing disapa taring
matahari dan ditasbih selimut dingin. walau tak sampai kering
mendenting.
akulah anak-anak petani itu yang kau pindah alirkan jaringan
sebenarnya,
disuntingkan hanya untukku. tapi dimana mengalir tak
sampai-sampai disini. jaringan-jaringan subsidi yang tak pernah
kutagih janji.
hidupku lebih damai dari janji. adalah damai jiwa petani yang
tak banyak mimpi asal kini ada yang akan digilas gigi dan yang
esok masih hendak mencari di ladang ilusi.
akulah anak-anak petani yang berdoa untuk negeri dengan
menanam menelan bebiji. menolak menjadi misteri. dan
perjuangan tak hanya sampai disini.
Songennep, 2008/2010
Tanah-tanah lengang 79