Page 44 - Perlindungan Hak Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
P. 44

Tahun 1945 (UUDNRI 1945), untuk itu setiap produk yang dihasilkan oleh
            legislatif harus senantiasa mampu memberikan jaminan perlindungan hukum
            bagi semua orang, bahkan harus mampu menangkap aspirasi-aspirasi hukum
            dan keadilan yang berkembang di masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari
            ketentuan yang mengatur tentang adanya persamaan kedudukan hukum bagi
            setiap warga Negara.

                Aspek dominan dalam konsep barat tentang hak asasi manusia mene-
            kankan eksistensi hak dan kebebasan yang melekat pada kodrat manusia dan
            statusnya sebagai individu, hak tersebut berada di atas negara dan di atas semua
            organisasi politik dan bersifat mutlak sehingga tidak dapat diganggu gugat.
            Karena konsep ini, maka sering kali dilontarkan kritik bahwa konsep Barat
            tentang hak-hak asasi manusia adalah konsep yang individualistik. Kemudian
            dengan masuknya hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi serta hak kultural,
            terdapat kecenderungan mulai melunturnya sifat individualistik dari konsep
            Barat.
                Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), konsep perlin-
            dungan  hukum,  yang  tidak  lepas  dari  perlindungan  hak  asasi  manusia,
            merupakan konsep Negara hukum yang merupakan istilah sebagai terjemahan
            dari dua istilah rechstaat dan rule of law. Sehingga, dalam penjelasan UUD
            RI 1945 sebelum amandemen disebutkan, “Negara Indonesia berdasar atas
            hukum, (rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat)”.

                Teori Negara hukum secara essensial bermakna bahwa hukum adalah
            supreme dan kewajiban bagi setiap penyelenggara negara atau pemerintahan
            untuk tunduk pada hukum (subject to the law), tidak ada kekuasaan diatas
            hukum (above the law), semuanya ada dibawah hukum (under the rule of law),
            dengan kedudukan ini, tidak boleh ada kekuasaan yang sewenang-wenang
            (arbitrary power) atau penyalahgunaan kekuasaan (misuse of power). 45








                45   Muh. Hasrul, 2013, Eksistensi Gubernur Sebagai  Wakil Pemerintah Pusat di
            Daerah Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Efektif, Disertasi, Program Doktor Fakultas
            Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar, 15.


                                            27
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49