Page 6 - Penegakan Hukum Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar
P. 6

PENGANTAR PENULIS


                 Sengketa hukum hak atas tanah tidak dapat dilepas dalam kaitannya
            dengan negara hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 Ayat (3)
            UUD 1945 menyebutkan “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
            Artinya kehidupan kenegaraan didasarkan pada aturan-aturan hukum,
            setidaknya ada tiga tujuan hukum, yaitu keadilan, kemanfaatan, dan
            kepastian. Namun dalam penerapannya, aspek kepastian hukum lebih
            diutamakan dibandingkan dengan keadilan dan kemanfaatan hukum.
                 Dalam bentuk negara hukum yang demikian, maka setiap usaha
            pemerintah telah memasuki hampir semua aspek kehidupan masyarakat,
            baik sebagai perorangan maupun sebagai masyarakat, sehingga terbentuk
            hak dan kewajiban. Masyarakat selalu ingin mempertahankan hak-
            haknya, sedangkan  pemerintah juga harus  menjalankan  kepentingan
            terselenggaranya kesejahteraan umum bagi seluruh warga masyarakat.
                 Keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum yang harus diwujudkan
            dalam putusan Hakim tidak semata-mata melindungi kepentingan
            individu, namun harus mengingat bahwa tindakan pemerintahan adalah
            untuk mewujudkan kesejahteraan umum, sehingga di dalam setiap
            akan memutus sengketa, Hakim harus menimbang berat ringan bobot
            kepentingan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat
            atau kepentingan umum dalam hal ini yang mana yang lebih besar.
                 Dalam kasus-kasus penegakan hukum penertiban tanah terlantar
            bobot kepentingan masyarakat dan kepentingan umumnya lebih besar
            dibandingkan dengan kepentingan individu (pengugat/badan hukum).
            Dalam hal ini Hakim jangan semata-mata hanya mempertimbangkan
            kepentingan penggugat dengan mengorbankan kepentingan umum atau
            kepentingan yang lebih  besar dengan tidak mempertimbangkan rasa
            keadilan dan kemanfaatannya.

                 Telah ditegaskan dalam UUD 1945 dan UUPA bahwa Pemerintah
            memiliki wewenang terhadap agraria/tanah yaitu dalam bentuk kebijakan,
            pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan untuk tujuan
            sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar wewenang tersebut
            diberikan macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah,
            yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri
            maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan hukum.
                 Hak atas tanah berisi kewenangan-kewenangan untuk memperguna-
            kan  permukaan bumi, termasuk  sebagian tubuh  bumi  dan  ruang  di


                                                                Kata Pengantar  v
   1   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11