Page 139 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 139
126 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
Ternak sapi perah ditekuni oleh masyarakat, selain usaha
ecotourism dalam wujud jasa pelayanan sewa untuk kegiatan
Volcano Tour. Hal tersebut didasari atas perbandingan antara
pendapatan dan pengeluaran. Meskipun pendapatan yang
diperoleh dari usaha penyewaan jeep wisata cukup besar,
namun biaya perawatan kendaraannya juga cukup tinggi,
bahkan tidak jarang berimbang atau bahkan sering kali lebih
besar dari pendapatan.
Setiap perolehan pendapatan dari penyewaan jeep wisata
harus dialokasikan sebesar 50% untuk perawatan (future
value), dan 50% sisanya dialokasikan sebagai penghasilan,
yang masih harus dikurangi oleh biaya operasional, seperti:
biaya bahan bakar minyak, biaya makan, biaya minum, biaya
rokok, dan lain-lain, sehingga total pendapatan bersih tidak
lebih dari 25 %.
Hal ini berbeda dengan ternak sapi perah, yang
penghasilannya mencapai 60% dari perolehan pendapatan.
Perolehan pendapatan dari usaha ternak sapi perah hanya
harus dikurangi biaya produksi sebesar 40%, yang digunakan
untuk membeli konsentrat, sedangkan untuk makanan
ternak sehari-hari dapat diperoleh secara gratis dari rumput
kalanjana yang ada di sekitar tempat tinggal penduduk.
Namun demikian ada batas (limit) yang harus dipenuhi
oleh peternak sapi perah, agar hasil usaha dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara layak, yaitu minimal 6 ekor sapi
perah. Saat ini rata-rata peternak sapi perah memiliki 2 (dua)
hingga 3 (tiga) ekor. Sebagaimana diketahui, tiap ekor sapi
perah rata-rata menghasilkan 8 (delapan) liter hingga 10