Page 137 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 137
124 Aristiono Nugroho dan Sutaryono
Rata-rata tiap kepala keluarga mempunyai sapi perah,
meskipun jumlahnya bervariasi. Namun setelah terjadinya
erupsi Gunung Merapi, terjadi perubahan kondisi ekonomi
masyarakat. Peternakan sapi perah berkurang, sehingga
beberapa anggota masyarakat terpaksa beralih profesi.
Beberapa anggota masyarakat mencoba berkreasi, dengan
menawarkan ojek motor, dan mengembangkan wisata Volcano
Tour, yang merupakan pengembangan dari wisata Lava Tour.
Untuk wisata Volcano Tour dibutuhkan jeep dan motor, untuk
mengantarkan wisatawan menjelajah area volcano. Kondisi ini
membawa multiplier efect berupa hadirnya pemandu wisata
dan munculnya warung-warung yang dikelola masyarakat.
Rata-rata jumlah kunjungan wisata per hari adalah 50 hingga
60 orang, yang 20%-nya adalah wisatawan asing. Banyaknya
wisatawan asing yang datang untuk menikmati Volcano
Tour, mendorong beberapa kelompok usaha untuk menjajagi
kesiapan pemandu wisata dalam berbahasa Inggris. Usaha ini
perlu diperjuangkan, karena saat ini hanya ada 1 (satu) orang
pemandu wisata yang mampu berbahasa Inggris, meskipun
hanya sebatas percakapan dasar.
Saat ini perkumpulan atau paguyuban jeep wisata telah
berjumlah 4 (empat) kelompok, yang trayeknya dibagi dalam
tiga kelompok, yaitu: (1) trayek jarak pendek, dengan biaya
sewa jeep sebesar Rp. 250.000,-; (2) trayek jarak menengah,
dengan biaya sewa jeep sebesar Rp. 350.000,-; dan (3) trayek
jarak jauh, dengan biaya sewa jeep sebesar Rp. 450.000,-.