Page 132 - Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah
P. 132
Ecotourism Lereng Merapi Pasca Konsolidasi Tanah 119
Kraton Yogyakarta, dilakukan ritual “labuhan” yang tempat
pemberhentiannya terletak di Dusun Pengukrejo. Meskipun
pada masa itu dusun ini lebih dikenal dengan nama “Dusun
Gumuk Dhuwur”, yang berarti tempat yang tinggi. Kondisi ini
menarik, karena para wisatawan dapat menikmati, belajar, dan
mengalami hal-hal yang berkaitan dengan budaya masyarakat,
yang memiliki unsur kearifan spiritual (ritual labuhan);
(2) Dusun Pelemsari, yang memiliki karakter pelestari
kearifan historikal, yang ditandai dengan pelestarian petilasan
Mbah Maridjan. Petilasan ini merupakan tempat Mbah
Maridjan hidup sampai meninggal dunia. Di sebelah selatan
petilasan, bisa dijumpai Joglo Hargo Merapi, yang merupakan
tempat dimulainya atau diberangkatkannya “ritual labuhan”.
Kondisi ini menarik, karena para wisatawan dapat menikmati,
belajar, dan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan budaya
masyarakat, yang memiliki unsur kearifan historikal;
(3) Dusun Petung, yang memiliki karakter pelestari
kearifan ekologikal, yang ditandai dengan tradisi “Dandan
Kali” (merawat sungai). Tradisi ini dilaksanakan setiap Jum’at
Kliwon pada Bulan Ruwah Tahun Hijriah, sebagai ucapan
syukur atas adanya air yang tidak pernah kering meskipun
pada musim kemarau. Kondisi ini menarik, karena para
wisatawan dapat menikmati, belajar, dan mengalami hal-hal
yang berkaitan dengan budaya masyarakat, yang memiliki
unsur kearifan ekologikal;
(4) Dusun Kaliadem, yang memiliki karakter pelestari
kearifan kultural, yang ditandai dengan upaya melestarikan
seni karawitan. Meskipun saat erupsi Gunung Merapi sanggar