Page 198 - Mozaik Rupa Agraria
P. 198

Wilayah BPN Provinsi DIY yang isinya pemberian hak milik tanah
           kepada WNI dapat dilakukan tanpa membeda-bedakan suku, ras,
           agama, maupun  asal-usul,  sebagaimana  diatur UU No.5  Tahun
           1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria (UUPA); UU No. 12
           Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI; UU No. 32 Tahun 2004
           tentang Pemerintahan Daerah; Keputusan Presiden No. 33 Tahun
           1984  tentang Pelaksanaan Berlaku Sepenuhnya UUPA  di  DIY;
           Perda DIY No. 3 Tahun 1984 tentang Berlaku Sepenuhnya UUPA
           di DIY, Instruksi Presiden RI No. 26 Tahun 1998 dan Surat Edaran
           Kepala BPN RI No. 520-1609 (17 November 1999).

               Petugas bersikeras bahwa ia  sekedar melaksanakan  tugas
           dari  Kasultanan  Yogyakarta, merujuk  surat Gubernur DIY No.
           430/3703 tahun 15 Nopember 2010.

               Alasannya Sultan HB  X  dan Gubernur DIY  tidak bisa
           dipisahkan.  Ong  tak  patah  arang.  26  Agustus 2015,  Ong
           dipertemukan  dengan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
           Bantul.
               Pertemuan itu hanya mempertegas sikap Kantor Pertanahan
           Bantul  sebelumnya. Pada kesempatan itu,  Kepala Kantor
           Pertanahan menjelaskan posisi Instruksi Kepala Daerah DIY 1975
           sebagai  pseudowetgeving  (legislasi  semu) dan  pelaksanaannya
           sebagai  diskresi. Ong meminta  supaya keputusan  penolakan
           tersebut dituangkan dalam surat keputusan resmi.

               Menurut    Kamus    Besar   Hukum     Bahasa   Belanda,
           pseudowetgeving adalah  regelstelling  door een betrokken
           bestuursorgaan  zonder  dat  dit  op grond  van  een uitdrukkelijke
           wettelijke bepaling  die  bevoegdheid  bezit, artinya  legislasi  semu
           adalah tata aturan oleh organ pemerintahan yang terkait tanpa
           memiliki  dasar  ketentuan  undang-undang  yang  secara  tegas
           memberikan  kewenangan  kepada  organ  tersebut. Legislasi




                                          Hak Asasi Manusia dan Agraria  185
   193   194   195   196   197   198   199   200   201   202   203