Page 420 - Kembali ke Agraria
P. 420

Suara Pembaruan, 1 Mei 2009








                        Nasib Buruh di Negeri Agraris








                    OMPLEKSITAS persoalan buruh sebenarnya cermin dari
               Kdiabaikannya persoalan agraria. Urbanisasi terus meningkat
               setiap tahun disebabkan oleh ekonomi pedesaan tidak memberi sur-
               plus. Tenaga kerja kota saat ini merupakan tenaga kerja desa yang
               terlempar ke kota dengan tidak melalui proses transformasi ekonomi/
               pekerjaan yang wajar.
                   Di sinilah urgensi reformasi kebijakan ketenagakerjaan dengan
               kewajiban pemerintah untuk menjalankan reforma agraria. Urgen-
               sinya tidak hanya untuk menahan laju urbanisasi, menciptakan la-
               pangan pekerjaan di desa, tetapi tujuan-tujuan ekonomis dari reforma
               agraria akan mendukung pembangunan industri nasional yang
               kokoh. Demikian pokok pikiran yang dipahatkan panitia bersama
               yang akan menggelar Konferensi Nasional Reforma Agraria, akhir
               Mei 2009 ini. Tulisan ini, selanjutnya menyelami kaitan antara nasib
               kaum buruh dan problem agraria dan reforma agraria.
                   Jika kita cermati persoalan perburuhan di Indonesia saat ini, boleh
               disimpulkan bahwa pada kenyataannya belum ada perubahan yang
               berarti. Kaum buruh sebagai kelas pekerja yang ‘menjual’ tenaganya
               kepada pihak lain, yang menguasai faktor-faktor produksi, masih
               diperhadapkan pada problem-problem mendasar dan tradisionalnya.
               Sedikit saja yang membedakan nasib buruh di era Soeharto dengan
               era reformasi, yakni adanya kebebasan berserikat atau berorganisasi.
                   Sementara itu, bangsa ini masih dihadapkan pada berbagai per-

                                           401
   415   416   417   418   419   420   421   422   423   424   425