Page 425 - Kembali ke Agraria
P. 425

Usep Setiawan

            melalui Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dalam prosesnya, KPA
            memang diminta untuk memberikan masukan-masukan substansial
            melalui berbagai forum seperti lokakarya dan seminar terbuka. Jadi
            secara proses, KPA turut merumuskan naskah awal Rancangan
            Peraturan Pemerintah (RPP) Pembaruan Agraria.
                Kalau isi RPP itu, KPA telah menerbitkan buku mengenai ran-
            cangan program pembaruan agraria nasional. Intinya dari RPP itu
            kita melihat secara substansi sudah masuk beberapa urusan mendasar
            mengenai pembaruan agraria. Khususnya terkait dengan landreform-
            nya. Sebab,  landreform itu agenda intinya pembaruan agraria.
            Misalnya, hal-hal yang terkait dengan identifikasi obyek atau tanah
            yang akan dijadikan obyek landreform sudah ada di situ. Kedua, iden-
            tifikasi subyek. Siapa yang akan menerima tanah dalam program
            landreform itu, juga ada di situ.
                Kemudian mekanismenya. Bagaimana tanah itu didistribusikan
            ke rakyat, ada di situ. Kemudian kelembagaannya. Bagaimana di
            tingkat pusat (nasional), provinsi, kabupaten/kota ada struktur pelak-
            sana pembaruan agraria itu, sehingga ada dewan pembaruan agraria
            nasional, dewan pembaruan agraria provinsi, dewan pembaruan
            agraria tingkat kabupaten/kota. Masing-masing dipimpin oleh pim-
            pinan pemerintah setingkatnya. Presiden di tingkat pusat, gubernur
            di tingkat provinsi, bupati/wali kota di tingkat kabupaten/kota. Di
            sampingnya juga ada badan eksekutifnya.


            Sebenarnya apa yang akan dituju dalam landreform itu?
                Yang hendak dituju sebenarnya menata struktur ketimpangan
            dalam penguasaan pemilikan tanah. Oleh karena itu identifikasi
            obyek landreform menurut kita adalah tanah-tanah yang selama ini
            menjadi sumber dari ketimpangan itu yang seharusnya masuk dalam
            obyek. Lalu, siapa subyeknya? Para petani miskin, petani yang tidak
            mempunyai tanah sama sekali atau tanahnya sempit, buruh tani atau
            petani gurem. Itu adalah subyek prioritas yang seharusnya menda-
            patkan tanah.


            406
   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429   430