Page 234 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 234

224     Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
               Megaproyek MP3EI Bekerja?



                                   Setelah semua data itu diserahkan, pihak PT Arutmin tak bisa berkutik lagi, dan menyatakan siap bertanggung jawab. Maka
                                   diputuskan, pihak PT Arutmin harus menyerahkan uang ganti rugi sebesar Rp 3 milliar, dengan rincian Rp 1 milliar setiap 1
                                   tahun, dan dikelola pihak Koperasi setempat yang baru dibentuk. Selain itu, juga menyediakan beberapa buah sumur bor
                                   untuk keperluan warga. Dapat dibayang betapa gembiranya warga Simpang Empat Sumpol menyambut kemenangan mereka
                                   itu. Di sana sini terlihat wajah-wajah penuh suka cita. “Akhirnya perjuangan kita membuahkan hasil juga,” ucap seorang
                                   warga dengan mata berbinar-binar haru. Selesaikah sudah perjuangan masyarakat Simpang Empat Sumpol? “Belum,” jawab
                                   Ibu Diyana, tokoh perempuan setempat. “Kami masih menuntut tanggung jawab pihak perusahaan (PT Arutmin, red) atas
                                   pencemaran Sungai Salajuan yang sampai sekarang belum dipenuhi, serta sarana kesehatan Puskesmas,” Ibu Diyana juga
                                   mengingatkan, agar masyarakat Simpang Empat Sumpol tidak terlena dengan kemenangan yang telah dicapai.

                                   Penutup


                                   Kerusakan sosial-ekologis yang tercipta bersamaan dengan pengerukan isi perut bumi, dalam hal ini batu bara, yang terjadi
                                   di Kalimatan Selatan adalah cerita panjang sejak zaman Belanda. Laju pengerukan ini sedikit melambat di masa penjajahan
                                   Jepang sampai masa kekuasaan Orde Lama. Pengerukan isi bumi ini terjadi kembali dalam bentuk yang semakin parah sejak
                                   berkuasanya rezim otoriter Orde Baru sama paska-reformasi. Semakin parahnya pengerukan juga berarti semakin parahnya
                                   kerusakan sosial-ekologis di menyertainya.


                                   Pengrusakan sosial-ekologis yang tercipta bersamaan dengan pengerukan isi bumi di Kalimantan Selatan ini juga melahirkan
                                   ragam perlawanan rakyat yang bermacam-macam. Perlawanan-peralawanan ini adalah bentuk dari konflik agararia yang
                                   semakin hari semakin beralarut dengan korban yang tidak sedikit tentunya.[]










                                   Catatan:

                                   1. PT. Chong Hua OMD pada tahun xxxx izin PKP2B dibatalkan pemerintah. Kawasan konsesinya kemudian dikapling-kapling untuk
                                    perusahan pertambangan lainnya.
                                   2. Kompas, Jumat, 28 Juli 2006.
                                   3. Dinas Pertambangan Prop. Kalsel, 2007. PROBLEMATIKA PERTAMBANGAN BATUBARA DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN (Bahan
                                    Presentasi)
                                   4. Fatah, Lutfi, M. Hadri Imansyah, Udiansyah, Gt. Chaerudin. 2007. The Impact of Coal Mining on the Economy and  Environment of South
                                    Kalimantan Province, Indonesia. Banjarbaru: Lambung Mangkurat University. Laporan tidak dipublikasi.
   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238   239