Page 232 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 232
222 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Namun seiring berjalannya waktu, sebagian warga yang sebelum-
nya konsisten terhadap tuntutan mereka, lambat laut mulai goyah.
Sejak dibentuknya tim 9, pada 11 Oktober 2000 atas inisiatif
Kepala Desa satui Barat waktu itu, Bapak Effendi. Tugas tim ini
mengawasi pembuatan tambak. Sejak itu, kepercayaan diantara
warga mulai luntur dan bercuriga satu sama lain. Disinyalir pihak
manajemen PT. Arutmin memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki
Kepala Desa untuk memuluskan tawaran-nya dan melemahkan
tuntutan warga. Apalagi sebagian besar warga setempat tidak
punya cukup keberanian dan daya upaya menentang kebijakan
Kepala Desa. Mereka hanya bisa menggerutu, anpa bisa berbuat
banyak dalam memperjuang-kan tuntutan.
Akibat truk-truk batu bara yang lalu lalang, kehidupan ratusan
warga Simpang Empat Sumpol, Kecamatan Sungai Danau, Kab.
Kotabaru (setelah dimekarkan - sekarang kab Tanah Bumbu), men-
jadi terganggu. Mulai gangguan suara bising klakson yang memba-
ngunkan tiap tidur malam mereka, polusi debu batu bara, yang
mengakibatkan puluhan warga mengeluh batuk-batuk, sesak napas
dan sakit mata, sampai pencemaran air sungai.
Debu jalan dan serbuk hitam batubara yang berterbangan setiap
truk yang melaintas, menjadi pemandangan tiap hari. Udara ter-
cemar, polusi udara semakin parah. Masyarakat sepertinya berna-
pas dalam debu batubara. Kian hari, keluhan gangguan pernapas-
an, batuk-batuk dan sakit mata bertambah banyak. Dinding-
dinding rumah dekat lokasi itu pun menebal oleh debu kering
kehitam-hitaman. Ilalang dan rerumputan tampak kusam meng-
ering. Celakanya lagi, air Sungai Salajuan yang dulunya bening,
tempat minum warga dan untuk keperluan lainnya, kini mengering,
air yang tersisapun semakin nyata mengeruh hitam kecoklat-
coklatan, tak bisa digunakan lagi.
Kesabaran ada batasnya. Gejolak masyarakat Simpang Empat
Sumpol yang terus merasa terhina dan dilecehkan sudah tak
terbendung lagi. Akhirnya, surat minta untuk diadakan pertemuan
Gambar 3: Jalan di pemukiman penduduk yang rusak akibat lalu-lalang
kendaraan berat pengangkut batubara. pun dilayangkan ke pihak PT Arutmin. Pada Kamis 27 Mei 1999,
Foto: Dian yanuardy.
diadakan pertemuan dengan pihak PT Arutmin, ditengahi unsur
Muspika dan Walhi Kalsel, bertempat di rumah Pak Ujang, warga
setempat. Intinya, masyarakat menuntut pertanggung-jawaban
pihak PT Arutmin terhadap permasalahan yang diakibatkan truk-
truk batu bara mereka selama delapan tahun. Yakni rehabilitasi