Page 227 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 227

Dwitho Frasetiandy


               Sekilas Sejarah Pengerukan Batubara


               Sejarah pengerukan bumi di Kalimantan Selatan adalah adalah sejarah pan-
               jang. Terhitung sejak Belanda mendirikan perusahan Oranje Nassau pada
               tahuan 1849. Selain Oranje Nassau, ada dua buah tambang lain yang di buka
               Belanda disekitar Martapura. Namanya Julia Hermina dan Delft. Karena per-
               timbangan tidak mampu bersaing secara bisnis dengan Ombilin di Suamtera
               Oranje Nassau, akhirnya ditutup pada tahun 1859. Selain alasan bisnis ada
               juga kemungkinan perusahan ini ditutup karena diserang oleh Pangeran
               Antasari di masa perang Banjar. Belanda waktu itu mengerahkan buruhnya
               untuk melindungi pertambangan yang mengakibatkan banyaknya buruh yang
               meninggal waktu itu.


               Selain Oranje Nassau, pada tahun 1903 Belanda di Semblimbing beroperasi
               sebuah perusahan tambang beranama De Steenkolen-Maatschappij 'Poeloe
               Laoet'. Sampai pada masa Pasca-Perang Dunia I, ada tiga perusahaan tam-
               bang Eropa mengeruk batubara di Kalimantan Selatan; De Steenkolen-
               Maatschappij 'Poeloe Laoet', Oost Borneo Maatschappij (OBM) dan Parapattan
               Baru di Sambaliung.
                                                                             Ekonomi Keruk,
               Di masa penjajahan Jepang sampai masa pemerintaha Sukarno pengerukan
               batu bara di Kalimantan Selatan terhenti hingga berkuasanya rezim otoriter
               Orde Baru yang dipimpin oleh Suharto. Di masa pemerintahan Suharto ini,
               kegiatan penambangan batu bara di Kalimantas Selatan semakin menjadi-jadi   Krisis Sosial-Ekologis,
               kembali. Setidaknya sejak keluarnya Kepres No. 49/1981  mengenai Kontrak
               Pengusahaan Batubara Generasi I atau yang lebih dikenal dengan Perjanjian
               Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara atau PKP2B. Di masa ini Di   dan Perlawanan Rakyat
               Kalimantan Selatan terdapat 3 perusahaan tambang asing yang mendapat
                                                            1
               PKP2B, yaitu PT.  Arutmin, PT Adaro dan PT. Chong Hua OMD.   Ketiga kontrak-
               tor ini mendapat total areal tambang sekitar 230 ribu ha. Lokasi tambang   di Kalimantan Selatan
               Arutmin berada di Kabupaten Kota Baru, sementara Adaro di Kabupaten Hulu
               Sungai Utara dan Tabalong, sedangkan Chung Hua OMD di Kabupaten Banjar.
               PT Arutmin dan Adaro kemudian berpatungan dengan Broken Hill Property
               (BHP), perusahaan tambang batu bara dari Australia.

               Pada tahun 1993, jumlah perusahaan tambang PKP2B bertambah dengan
               keluarnya Kontrak Karya Batubara (KKB) Generasi II lewat Kepres No. 21/1993.
               Ada 5 perusahaan yang mendapatkannya yaitu PT.  Bahari Cakrawala Sebuku,
               PT Bantala CM, PT Antang Gunung Meratus, PT Jorong Barutama Greston, PT
               Borneo Indobara. Selanjutnya Kontak Karya Batubara Generasi III di keluarkan
               lewat Kepres No. 75/1996. Ada 11 perusahaan  - mulai PT.  Mantimin Coal
               Mining, PT Bara Pramulya Abadi, PT. Generalindo Prima Coal, PT Wahana
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232