Page 222 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 222
212 Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
Megaproyek MP3EI Bekerja?
Gambar 4: Bukit Moronopo, hulu aktifitas pertambangan di Teluk Buli yang dieksploitasi oleh
PT. Yudistira Bhumi Bhakti, subkontraktor PT. ANTAM.
Sumber: Dok. WALHI Malut.
Pembebasan tanah sudah menjadi bisnis yang menggiurkan yang melibatkan langsung para tokoh kampung dan aparat pe-
merintahan. Mulanya sebidang tanah kosong yang berada di hutan di wilayah salah satu desa, akan dicek terdahulu apakah
masuk sebagai wilayah konsensi perusahaan tambang atau tidak. Jika termasuk, maka operasi pengkaplingan dan pembe-
basan pun dilakukan. Ini dimulai dengan membentuk suatu kelompok yang diketuai oleh seseorang untuk melacak tanah
tersebut. Proses pelacakan ini akan memakan waktu seminggu dan akan melalui medan-medan yang sulit di dalam hutan.
Kelompok pelacak ini menggunakan perbekalan yang memadai, dengan biaya yang bisa mencapai 3-5 Juta rupiah. Proses
pembiyaan itu datang dari beberapa orang-orang yang kaya di desa, kebanyakan dari kalangan birokrat di daerah, serta juga
beberapa karyawan perusahaan tambang.
Dari kesaksikan salah seorang warga Desa Buli yang pernah terlibat pencarian tanah kapling, kesediaan pembiayaan oleh
orang-orang kaya di desa hanya semata-mata untuk memiliki sebidang tanah yang nantinya dikapling atau bagi hasil setelah
tanah kaplingan itu dijual kepada perusahaan tambang. Setelah tanah selesai dikapling, kelompok pelacak tanah kaplingan
menghubungi kepala desa setempat untuk dikeluarkan Surat Keterangan Pemilikan Tanah dengan mengklaim sebagai tanah
yang akan diusahakan untuk pertanian oleh kelompok tani. Selanjutnya, kelompok tersebut menunggu pengukuran oleh per-
usahaan tambang dan akan dijual mentah-mentah ke perusahaan tambang.
Di desa Buli hampir seluruh lahan perkebunan dan lahan kosong telah habis terjual di perusahaan tambang. Dan saat itu
adalah masa keemasan orang Buli Asal karena banyak keberlimpahan uang dan biaya konsumsi. Seorang penduduk melihat
secara miris pengkaplingan lahan semacam ini: “Orang-orang sekarang sudah malas bekerja kebun. Asal jual tanah saja,