Page 217 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 217
“Tana Mera” di Dalam Teluk: 207
Pertambangan Nikel dan Penghancuran Teluk di Halmahera
Gambar 1:
Provinsi Maluku Utara.
Di Halmahera Timur, PT. Antam. Tbk mulai menambang nikel pada tahun 2000 melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pertambangan Umum No. 490.K/24.01/DJP/2000 tentang pemberian Kuasa Pertambangan untuk eksploitasi KW97PP0443,
tanggal 20 September 2000, dengan luasan wilayah konsensi pertambangan 39.040 Ha. . Kegiatan eksploitasi pertambang-
an nikel di Halmahera Timur oleh PT. Antam. Tbk, dibagi dalam beberapa wilayah yang dilaksanakan oleh beberapa sub
kontraktor, di Tanjung Buli proses pengarukan nikel dilakukan oleh PT. Yudistira Bumi Bhakti, Pulau Gee oleh PT. Mineral
Bhakti, dan Tanjung Moronopo oleh PT. Minerima Bhakti, serta Pulau Pakal yang sementara ini sudah selesai dilakukan
pelepasan kepemilikan lahan oleh PT. Antam sendiri. Hingga tahun 2010 jumlah ijin usaha pertambangan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah Halmahera Timur berjumlah 15 IUP, dengan total luasan konsesi pertambangan 54.328,1 Ha, dengan
luas wilayah daratan yang relatif terbatas, kira-kira 605.619 Ha. Sampai saat ini, pemberian ijin untuk konsensi pertam-
bangan terus bertambah.
Sementara untuk Halmahera Tengah, Pertambangan Nikel sudah dimulai sejak Tahun 1988 yang digarap melalui Kontrak
Karya generasi ke VII oleh PT. Weda Bay Nikel dengan nomor surat persetujuan pemerintah Nomor B-53/Pers/1/1988
tertangal 19 Januari 1988. Namun sebelumnya tahun 1978 hingga tahun 2003 kegiatan pertambangan nikel telah dilakukan
oleh PT. Antam. Tbk di Pulau Gebe yang secara administrasi politik masuk dalam wilayah pemerintahan daerah Halmahera
Tengah setelah ditetapkannya Halmahera Tengah sebagai wilayah otonomi (Kabupaten). PT. Weda Bay Nikel sebagai Peme-
gang Kontrak Karya generasi ke VII ini melakukan aktifitas pertambangan dengan luasan konsesi 76.280 Ha. Berdasarkan