Page 218 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 218

208     Di Atas Krisis Sosial-Ekologis Semacam Apa
               Megaproyek MP3EI Bekerja?



                                   data yang dirilis oleh Dinas Pertambangan Kabupaten Halmahera Tengah, hingga 2010 jumlah perusahaan pertambangan
       Pulau Gebe, adalah Pulau per-tama di
          Kep. Halmahera yang ditambang   pengelolah nikel yang memegang IUP (ijin usaha pertambangan) berjumlah 18 perusahaan minus satu perusahaan peme-
        untuk nikel. Tahun 1973, PT Endiko-  gang Kontrak Karya PT. Weda Bay Nikel.
         Jepang mulai menambang disana.
        Tahun 1979 PT ANTAM mulai masuk
       dan me-nambang hingga Tahun 2003,   Saat ini, pemerintah di seluruh Kepulauan Halmahera dan tentu saja pemerintah pusat di Jakarta, masih percaya bahwa
         katanya persediaan nikelnya habis,   pengerukan nikel akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Dengan adanya MP3EI, mereka seperti dapat jalan
         Antam pergi dan mulai direboisasi.   mulus, karena salah satu perhatian besar proyek di dalam Kawasan Perhatian Investasi Halmahera adalah memaksimalkan
       Tidak sampai setahun PT Gebe Karya
         Mandiri mengemasi sisa-sisa nikel   pengerukan besar-besaran dengan membangun smelter pengolahan biji nikel di Halmahera TImur, Tengah, dan Selatan.
         yang masih bisa dikeruk. Sekarang,
         hampir 3000 jiwa penduduk Pulau
           Gebe merana kelaparan, karena
         ladang sagu mereka telah berubah
           jadi kubangan-kubangan besar.
       http://poskomalut.com/2013/12/09/
                           gebe/













            Gambar 2:
            Kiri: Citra sateit Pulau Gee.
            Kanan: Pulau Gee, Buli, Kab. Maba,
            Halmahera Timur.
            Sumber: Dok. WALHI Malut.



                                   Foto di atas adalah Pulau Gee, sebuah pulau yang terletak di ketiak Pulau Halmahera bagian Timur, tepatnya di Desa Buli,
                                   Kabupaten Maba, Halmahera Timur. Pulau ini menurut dari penuturan orang-orang disana, adalah tempat yang biasa di
                                   jadikan oleh nelayan-nelayan di Buli sebagai persinggahan untuk melaut. Disana tidak ada sistem kepemilikan lahan pribadi,
                                   karena pulau ini dimiliki oleh institusi adat di Maba yang tidak ada dokumen tertulisnya. Dulu, sebelum pulau ini hancur,
                                   pulau ini boleh digunakan siapa saja, disana tumbuh berbagai macam tanaman untuk kebutuhan-kebutuhan selama sing-
                                   gah, seperti Kelapa yang airnya manis, dan beberapa jenis daun yang dipakai untuk sayur dan bumbu. Tetapi sejak tahun
                                   2000, saat ANTAM mendapatkan izin untuk mengeruk Pulau ini, cerita tentang kelapa Pulau gee yang airnya manis ini pun
                                   selesai sudah. Sejak tahun itu, mulai diberlakukan larangan kepada penduduk sekitar untuk mendekat ke Pulau itu. Bahkan
                                   Antam menempatkan satuan keamanan yang terdiri dari Polisi negara Indonesia untuk berpatroli di Pulau itu.

                                   Disekitar Pulau Gee juga begitu, kondisi yang sama terjadi, pengerukan besar-besaran dilakukan oleh ANTAM di Tanjung
                                   Moronopo. Tana Mera, begitu orang-orang di Buli menyebutnya.
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223