Page 78 - MP3EI, Masterplan Percepatan dan Perluasan Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
P. 78
68 MP3EI: Master Plan Percepatan dan Perluasan
Krisis Sosial-Ekologis Indonesia
Salah satu yang jelas disembunyikan dan diabaikan oleh para desainer pembangunan dan pemerintah yang mengusung
MP3EI adalah bahwa Indonesia telah dan sedang mengalami krisis sosial-ekologis yang akut dan mendalam. Krisis sosial-
ekologis adalah suatu krisis manusia dan ruang hidupnya yang diakibatkan oleh ekspansi modal. Krisis itu dapat berupa
kemiskinan kronik, eksploitasi tenaga kerja, konflik agraria yang bersifat laten dan kronis, kerusakan lingkungan, perampas-
an tanah serta berbagai macam kekerasan, dan lainnya.
Sejak masa kolonial, Indonesia telah menjadi pusat penyedotan sumber-sumber daya alam. Cara kerja kolonialisme adalah
cara kerja ekspansi modal: merampas dan menguasai tanah rakyat, memproduksi komoditas untuk keperluan ekspor, hingga
mengeksploitasi dan memeras keringat dan tenaga rakyat untuk memastikan keuntungan kolonial tetap berlangsung. Semua
proses eksploitasi itu dibingkai dan dibenarkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial.
Sejak masa kolonial hingga kini, politik konsesi yaitu pemberian tanah-tanah skala besar untuk korporasi perkebunan,
kehutanan dan pertambangan telah bekerja. Masalahnya pemberian konsesi itu seringkali berlangsung dengan memasukkan
ruang hidup rakyat (tanah, air, pemukiman dan lainnya) ke dalam sistem perkebunan, kehutanan atau pertambangan skala
besar itu. Di masa kini, konsesi-konsesi itu bukan hanya untuk keperluan produksi komoditas global atau ekstraksi sumber
daya alam, tapi bisa juga berupa suatu upaya pelestarian sumberdaya alam dan restorasi ekosistem atau pembangunan
beragam infrastruktur. Pemberian konsesi ini menyebabkan terjadinya perampasan tanah rakyat, menajamnya ketimpangan
penguasaan tanah, konflik agraria yang bersifat laten dan akhirnya adalah pemiskinan rakyat.
Bagian ini akan menyingkap kondisi-kondisi nyata di berbagai kepulauan Indonesia, di tempat berbagai macam megaproyek
MP3EI akan atau telah berlangsung. Bagian ini dikontribusikan dari beragam riset di berbagai koridor. Salah satu riset adalah
tentang Merauke Integrated Food and Energy Estate (Papua) yang dilakukan oleh Muntaza. Riset Muntaza menunjukkan
bahwa MIFEE, yang merupakan salah satu program MP3EI di Koridor Maluku-Papua, berdiri di atas derajat kekacauan yang
luar biasa. Gagasan untuk menyediakan sumber pangan nasional melalui pemberian konsesi skala luas (lebih dari 1,2 juta
hektar) kepada 48 perusahaan yang diajukan oleh MIFEE justru dilakukan dengan menghancurkan sumber-sumber pangan
lokal (babi, sagu, rusa), melakukan perampasan tanah skala luas dan menciptakan krisis pangan (busung lapar dan
malnutrisi utamanya dialami oleh perempuan dan anak-anak). Terlebih, proses pelepasan tanah masyarakat setempat
terjadi dilakukan dengan cara memanipulasi harga tanah dan ganti rugi.
Salah satu program MP3EI di Sulawesi Tengah adalah pembangunan smelter nikel. Berbanding terbalik dengan optimisme
makro yang digambarkan dalam naskah MP3EI, riset Andika dari JATAM menunjukkan bahwa meledaknya jumlah
pertambangan nikel di Morowali (Sulawesi Tengah) dialasi oleh berbagai kekacauan lainnya, yaitu perampasan tanah melalui
skema transaksi ganti rugi yang merugikan petani, pemagaran laut, eksploitasi kelas pekerja serta buruknya kondisi kelas
pekerja tambang akibat hak-hak dan keselamatan kerjanya diabaikan, dan berbagai kerusakan ekologis dalam bentuk banjir,
kerusakan laut, hingga berbagai macam penyakit-penyakit akibat lingkungan yang dirusak oleh kegiatan pertambangan.
Terlebih, riset Andika juga menunjukkan bahwa bisnis tambang di Morowali juga dialasi oleh rente, korupsi birokrasi dan
penggunaan aparatus kekerasan untuk melegitimasi dan mengamankan kepentingan perusahaan tambang. Apalagi,
pembangunan smelter nikel dilakukan dengan pengusiran tenaga kerja setempat.
Sementara itu, di Sumatera Utara, proyek MP3EI merayakan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei
beserta pembangunan pelabuhan internasional sebagai senjata utama menarik investasi skala besar di sekujur bagian timur
punggung pulau Sumatera. Riset Hotler P. Sitorus, Saurlin Siagian, dan Kartika Manurung dari Hutan Rakyat Institute di