Page 45 - Potret Perjuangan Bapak Hukum Agraria Prof. Boedi Harsono
P. 45
Oloan Sitorus & Taufik N. Huda
dengan mata pelajaran hukum, administrasi, dan pertanahan.
Dengan latar belakang Boedi yang sejak masa kecil sudah sering
ikut dalam tugas ayahnya sebagai pamong praja, maka tak meng-
herankan bahwa – selain kecerdasannya - pengalamannya ini
memberikan kemudahan baginya untuk memahami pelajaran di
MOSVIA.
Tampaknya perjalanan Boedi menuntut ilmu di MOSVIA
berjalan lancar dan tanpa hambatan hingga suatu saat ia mendapat
pukulan hebat. Pada bulan September 1941 ayah Boedi, Moerha-
disastro meninggal dunia dalam usia 40-an tahun dan hanya
meninggalkan seorang anak. Sebagai ilustrasi bagaimana pen-
tingnya peranan Moerhadisastro dalam pendidikan Boedi Harsono
dapat dipaparkan sebagai berikut. Sebagai seorang pegawai
menengah Hindia Belanda - Mantri Polisi - Moerhadisastro
“hanya” mendapatkan gaji sekitar 100 gulden perbulan. Sementara
untuk uang makan Boedi di MOSVIA saja menghabiskan 18 gul-
den perbulan. Belum lagi keperluan yang lain seperti membeli
perlengkapan dan uang harian, total kira-kira sepertiga gaji
Moerhadisastro digunakan untuk membiayai sekolah anak tung-
galnya tersebut. Kini Boedi terancam putus sekolah. 48
Di tengah keterpurukannya Boedi mendapat secercah ha-
rapan. Karena prestasinya di bangku sekolah termasuk baik, maka
pemerintah bersedia membebaskan biaya sekolahnya dengan
syarat Boedi memiliki surat keterangan tidak mampu dari pejabat
berwenang di kabupaten asalnya (Blitar). Soepinah, ibu Boedi
berusaha keras untuk mengurus hal tersebut hingga pada akhirnya
keluarlah surat keterangan tidak mampu dari Ajun Sekretaris
Kabupaten Blitar. Kini, putus sekolah tidak menjadi ancaman
48 Ibid.
32