Page 11 - Permasalahan Surat Ijin Memakai Tanah Negara sebagai Alas Hak dalam Pendaftaran Tanah di Kota Tarakan
P. 11

kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan; e) penetapan subjek
             dan objek redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan
             maksimum dan tanah absentee; f) penetapan dan penyelesaian masalah
             tanah hak ulayat; g) pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong;
             h) pemberian ijin membuka tanah; dan i) perencanaan dan penggunaan
             tanah wilayah kabupaten/kota.
                   Dalam melaksanakan Keppres di atas, beberapa Pemda telah
             mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) perihal tanah-tanah yang belum
             dikeluarkan haknya, baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum
             dimanfaatkan. Dari beberapa daerah tersebut, Kota Tarakan adalah salah
             satunya yang mengeluarkan Perda tentang  Surat Ijin Memakai Tanah
             Negara (SIM-TN) dan mengimplementasikannya. Lahirnya Perda
             itu dilatarbelakangi oleh kondisi penguasaan tanah yang dinilai sulit
             untuk dikendalikan, dan peraturan yang ada yaitu UU Pemerintahan
             Daerah dan Keppres 34/2003 juga memberi kewenangan. Kota Tarakan
             yang merupakan penghasil tambang minyak dan daerah bisnis telah
             berkembang cukup pesat, dan menjadi daerah tingkat II terkaya nomor
             17 di Indonesia. Letak strategis dari kota ini yang diperlengkapi fasilitas
             bandar udara menjadi tempat transit untuk melakukan kegiatan bisnis.
             Di samping suku bangsa asli Tidung yang tinggal, berbagai suku bangsa
             di Tanah Air berdatangan ke kota ini, antara lain Jawa, Bugis, Toraja,
             Makassar, Banjar, dan lain-lain.
                   Dalam perkembangannya, ternyata para penghuni pulau telah
             menguasai tanah-tanah yang kosong penggunaan dan pemanfaatannya.
             Penguasaan tersebut hampir-hampir telah di luar kendali. Penetapan
             kawasan atau area oleh pihak yang berwenang telah banyak yang dilanggar.
             Okupasi hutan lindung atau lereng perbukitan yang rawan longsor telah
             terjadi. Demikian juga kawasan sempadan pantai dan sungai telah ada
             pendudukan. Tata letak bangunan yang tidak teratur dan tanpa sempadan
             bangunan telah membuat wajah kota menjadi kurang serasi. Oleh karena
             itu pada tahun 2001 ketika otonomi daerah bergulir dengan kewenangan
             di bidang pertanahan, Pemko Tarakan mengeluarkan Perda Nomor 19
             Tahun 2001 (Perda 19/2001) untuk menertibkan dan mengendalikan
             masalah tersebut.
                   Dalam mengelola tanah-tanah yang belum mempunyai status
             hak, yang mana statusnya disebut oleh Pemko Tarakan sebagai tanah




             2      Permasalahan Surat Ijin Memakai Tanah Negara
   6   7   8   9   10   11   12   13   14   15   16