Page 223 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 223

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

               Ada harapan terhadap apa yang telah mereka upayakan selama bertahun-
               tahun dan kejelasan status hak atas tanah merupakan kabar yang
               menggembirakan bagi masyarakat. Lahirnya peraturan ini setidaknya
               memberikan harapan baru untuk masyarakat dan membawa implikasi
               terhadap berbagai aspek di lapangan.

                   Pertama, alokasi sumber TORA dari kawasan hutan mampu membe-
               rikan kejelasan status hak atas tanah bagi masyarakat yang sudah menem-
               pati tanah mereka sebagai lahan pemukiman. Tak dapat dipungkiri
               bahwa masyarakat kita sebagian besar tinggal di dalam kawasan hutan
               dan kehidupannya bergantung terhadap sumber daya alam yang ada di
               dalam hutan. Penguasaan lahan kawasan hutan yang dilakukan masya-
               rakat ini sudah berlangsung sebelum Indonesia merdeka dan jumlah
               masyarakat yang tinggal dalam kawasan hutan berdasarkan kajian yang
               dilakukan tahun 2004 mencapai angka 48, 8 juta jiwa (Cifor 2004).

                   Kedua, Kejelasan status hak atas tanah terhadap lahan yang diguna-
               kan untuk pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial. Masyarakat
               yang tinggal di dalam kawasan hutan pada kenyataannya tidak semua
               berada dalam kondisi keterbatasan. Artinya, kehidupan mereka sebagian
               sudah terfasilitasi dengan adanya fasilitas umum maupun fasilitas sosial.
               Melalui mekanisme penyelesaian penguasaan tanah dalam kawasan
               hutan ini diharapkan pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial
               tersebut mendapatkan kejelasan terhadap aspek legalnya.
                   Ketiga, adanya harapan masyarakat terhadap kejelasan status hak
               atas tanah berupa lahan garapan sebagaimana diatur dalam Perpres 88/
               2017. Perpres menyatakan, jika tanah tersebut telah dimanfaatkan lebih
               dari 20 tahun maka statusnya dapat diberikan hak milik kepada masya-
               rakat penggarapnya. Sementara terhadap lahan garapan yang telah dila-
               kukan budidaya oleh masyarakat namun kurang dari 20 tahun dapat
               diajukan dalam skema perhutanan sosial.
                   Keempat: dengan perpres tersebut maka permasalahan ataupun
               konflik terhadap penguasaan tanah dalam kawasan hutan dapat ditekan.
               Bahwasannya konflik tenurial yang terjadi pada kawasan hutan sudah
               terjadi sejak lama dan menduduki urutan kelima dari urutan konflik
               yang terjadi di Indonesia. Tipologi konflik yang terjadi pada kawasan

                                                                         195
   218   219   220   221   222   223   224   225   226   227   228