Page 226 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 226

M. Nazir Salim & Westi Utami

            merupakan dasar bagi tim Inver PTKH di dalam melakukan sosialisasi
            terhadap tanah-tanah yang akan dilakukan inventarisasi dan verifikasi.
            Terhadap pemukiman dan lahan masyarakat yang tidak masuk Peta Indi-
            katif, khususnya pemukiman dalam kawasan hutan akan melibatkan
            Pemerintah Daerah setempat agar mendorong warganya untuk mengu-
            sulkan lahan pemukimannya. BPKH Sumsel dalam kebijakannya, khusus
            untuk lahan pemukiman yang tidak masuk Peta Indikatif jika diusulkan
            akan dilakukan inver dan dikeluarkan dari kawasan hutan, namun untuk
            lahan garapan kecenderungan kebijakannya adalah Perhutanan Sosial.

                Di lapangan, pihak yang bertanggung jawab untuk menjalankan
            Inver PTKH adalah kepala Dinas Kehutanan Provinsi yang dalam pelak-
            sanaannya “didelegasikan” kepada BPKH dibantu oleh tim dari lembaga/
            dinas lain yakni Kesatuan Pengelola Hutan (KPH), ATR/BPN, dan stake-
            holder lainnya. Tim Inver daerah dibentuk oleh ketua Tim Inver Provinsi,
            sementara BPKH menjadi leader-nya di lapangan. Hal itu karena di
            daerah pihak yang dianggap paling memahami kawasan hutan adalah
            BPKH, selain wilayah yang akan dilakukan inver merupakan kawasan
            hutan di bawah yurisdiksi BPKH. Selain itu, anggaran yang disediakan
            oleh KLHK untuk melakukan inver juga dititipkan di BPKH.

                Langkah pertama yang dilakukan oleh BPKH sebelum tim inver
            bekerja adalah melakukan sosialisasi secara maraton di 6 kabupaten di
            Sumsel. Sosialisasi dilakukan di kabupaten dan pihak pemda mengun-
            dang semua desa-desa yang masuk dalam kawasan hutan sebagaimana
            ada dalam Peta Indikatif. Tujuan sosialisasi untuk menjelaskan kepada
            semua pihak agar segera mengusulkan lahan-lahannya yang masuk dalam
            kawasan hutan. Dalam sosialisasinya, tim BPKH menjelaskan secara de-
            tail cara dan langkah-langkah yang harus dilakukan sesuai Permenko
            No. 3/2018. Beberapa hal yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi
            meliputi: Pertama, maksud dan tujuan dilaksanakannya PPTKH dimana
            masyarakat yang tinggal di dalam kawasan hutan akan mendapatkan
            manfaat terhadap status lahan yang sudah mereka kuasai; kedua,
            permohonan kegiatan ini dapat dilakukan secara individu ataupun secara
            kelompok; ketiga, dalam melakukan sosialisasi dijelaskan pula terkait
            kriteria penguasaan yang dapat diselesaikan dengan skema PPTKH;

              198
   221   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231