Page 7 - Reforma Agraria (Penyelesaian Mandat Konstitusi)
P. 7

Reforma Agraria: Menyelesaikan Mandat Konstitusi

                   Dalam konteks tersebutlah buku ini hadir untuk melihat persoalan dasar
               dari melambatnya pencapaian program RA di daerah, sebuah kajian agraria
               sebagai subjek, bukan perspektif semata. Temuan penulis menunjukkan
               bahwa persoalan hubungan kelembagaan menjadi hal serius atas lambannya
               distribusi tanah kepada masyarakat. Kajian ini kemudian fokus pada
               persoalan TORA dilihat dari persepsi elite masing-masing lembaga yang
               kemudian penulis turunkan pada praktik kebijakan di level provinsi dan
               kabupaten di Sumatera Selatan. Sampel kajian untuk melihat bagaimana
               kebijakan pada tataran elite digagas dan di daerah dijalankannya.

                   Lebih lanjut, pengalaman kerja-kerja akademis penulis dalam proses
               menghadirkan buku ini cukup panjang, selain melakukan kajian dari
               level kebijakan di pusat (Jakarta), penulis dua kali turun ke lapangan di
               Sumatera Selatan, yakni bulan Oktober 2018 dan April 2019. Dari dua kali
               turun lapangan itu penulis melakukan kajian cukup intens untuk melihat
               data dan praktik kebijakannya, khususnya yang dilakukan oleh BPKH
               dalam menjalankan PPTKH di beberapa kabupaten di Sumatera Selatan
               dan ATR/BPN dalam melakukan redistribusi lahan non hutan. Namun
               demikian kajian ini tidak berani menyatakan bahwa argumen yang di-
               bangun mewakili semua persoalan praktik RA pada level mikro di daerah,
               karena masing-masing daerah memiliki logika persoalannya sendiri. Lain
               halnya untuk argumen problem kebijakan RA dalam konteks makro bisa
               dipahami secara umum bahwa problem kelembagaan dan hubungan serta
               koordinasi antarstakeholder yang belum efektif, sehingga beberapa ken-
               dala di lapangan masih belum terurai secara memadai.

                   Secara pribadi penulis tidak berasumsi bahwa kajian ini menjelaskan
               problem RA secara holistik, walaupun niatnya demikian. Akan tetapi
               buku ini sedikitnya mengisi kekosongan kajian yang selama ini absen
               dalam melihat praktik kebijakan dari level pusat hingga penerapannya
               di daerah. Penjelasan sejarah kebijakan dan praktik kebijakan menjadi
               dasar untuk melihat bagaimana Joko Widodo menjalankan program
               strategis yang ditetapkan. Secara makro kajian ini melihat problem dasar
               tersebut dan secara mikro melihat pada level praktik di bawah.

                                             ***
                   Atas terbitnya buku ini, penulis berhutang budi kepada banyak orang

                                                                         vii
   2   3   4   5   6   7   8   9   10   11   12