Page 98 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 98
Sistem Tebasan, Bibit Unggul dan ...
mungkin. Seluruh sawah seluas satu hektar dengan mudah da-
pat diselesaikan dalam tempo satu jam, karena bisa digarap
sampai sejumlah 500 orang yang ikut serta panen sawah ter-
sebut. Sekali padi di sawah telah dipotong, serbuan itu menu-
run karena mereka sudah tidak berlomba lagi dengan tetang-
ganya. Tiap wanita kemudian akan membawa ikatan padi yang
telah dipotongnya ke rumah pemilik sawah, di mana isteri itu
akan membagi ikatan-ikatan padi—sesuai dengan cara bawon
yang berlaku setempat—menjadi dua bagian, yaitu satu bagian
untuk si penggarap dan satu bagian lagi buat si pemilik. Pada
setiap langkah dalam proses panenan itu selalu ada saja usaha
fihak buruh penggarap—terutama bila berasal dari luar desa
petani yang bersangkutan—untuk meningkatkan bagian hasil
yang bisa diperolehnya.
Hubungan patron-klien terlihat pada peranan sang petani
dalam menyediakan suatu bagian dari hasil panennya kepada
penduduk desa. Biasanya, ia akan harus memberitahu lebih dulu
kepada keluarga dekat dan tetangganya, kapan ia akan mela-
kukan panen dan menjanjikan bawon yang lebih besar. Dalam
keadaan yang stabil tanpa adanya perubahan-perubahan yang
berarti, hubungan yang demikian itu pada dirinya akan
menimbulkan suatu kekuatan atau beban moril . Tetapi keadaan
9
di pedesaan pulau Jawa tidak bisa dianggap stabil. Mulai tahun
1950-an, keadaan status-quo—juga di daerah-daerah di mana
tradisi adat dan harmoni masih menonjol—dalam banyak hal
9 James C. Scott, “The Erosion of Patron-Client Bonds and Social
Change, in Rural Southest Asia”, The Journal of Asian Studies, No-
vember, 1972 hal. 11.
29