Page 101 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 101
Ranah Studi Agraria
desa No. 1 pernah terjadi para buruh tani panenan menyerang
penebas, karena mereka dilarang ikut serta dalam sawah yang
sedang dipanen. Dalam sebuah artikel tentang perubahan sosial
di Jawa sekitar tahun 1900 dan 1930, Wertheim mengemuka-
kan bahwa seorang pemilik sawah yang mengganti ani-ani dengan
sabit untuk mengurangi jumlah buruh tani yang ikut serta
panen, akan berarti mengucilkan dirinya sendiri dari masya-
rakat desa. Dikatakannya pula bahwa sistim masyarakat desa
adalah suatu sistim pengangguran yang tak kentara, dan bahwa
sistim nilai masyarakat desa pada hakikatnya menolak inovasi
dan perbaikan teknik, karena hal itu akan membawa kemela-
ratan dan kesengsaraan bagi sebagian besar penduduk desa .
14
Dahulu, metode yang dipakai untuk memotong padi di
sawah terbagai dalam dua tahap. Pertama, ialah kelompok
pemotong padi dengan ani-ani, yang di Jawa Tengah disebut
“penderep”. Setelah pemotongan padi selesai, biasanya masih
ada sisa-sisa padi di sawah, karena ada batang padi yang terlalu
pendek dan tak sampai terpotong oleh penderep. Juga se-
mangat untuk memotong sebanyak mungkin mengakibatkan
banyak sekali padi tak terpotong, kadang-kadang dengan
sengaja. Dengan demikian kelompok penuai yang kedua akan
turun untuk membersihkan sisa-sisa padi yang tertinggal. Me-
motong sisa-sisa padi yang tertinggal sesudah panen pertama
itu disebut “ngasak”, dan orang yang melakukannya disebut
“pengasak”. Bagian padi yang dipotong oleh kelompok kedua
ini (pengasak) tidak dibagi dengan pemilik sawah, tetapi
14 W.F. Wertheim and The Siauw Giap, “Social Change in Jawa, 1900-
1930”, Pacific Affair, Fall, 1962. Hl. 228.
32