Page 106 - Ranah Studi Agraria: Penguasaan Tanah dan Hubungan Agraris
P. 106
Sistem Tebasan, Bibit Unggul dan ...
kerja panenan lebih besar daripada upah yang mereka terima
dari kerja lainnya . Penelitian lain yang meliputi delapan desa
18
di Jawa Barat menyebutkan bahwa 35% dari penduduk desa-
nya hidup dari kerja sebagai buruh tani dan sewa tanah .
19
Maka, oleh karena 30 sampai 35 persen dari penduduk desa
hidup dan tergantung pada pekerjaan sebagai buruh tani (full-
time ataupun part-time), bisa dibayangkan kemungkinan
dahsyatnya akibat sistim tebasan terhadap masyarakat desa.
Sekedar memberi gambaran contoh yang agak ekstrim, H. Ten
Dam dalam penelitiannya di desa Cibodas dari tahun 1950 hing-
ga 1954 di suatu daerah yang bukan termasuk penghasil beras
yang utama di Jawa Barat, menemukan bahwa 44% dari keluar-
ga di desa tersebut sama sekali tidak punya tanah. Sekitar 25%
punya tanah yang bisa sekedar dipakai untuk rumah tinggal
mereka dan hanya 23% memiliki sebidang tanah kecil yang
tidak cukup subur untuk dijadikan sawah atau ladang. Akibat-
nya, hampir 90% dari seluruh penduduk desa Cibodas itu harus
20
hidup sebagai buruh tani . Tentu saja contoh ini bukan
merupakan suatu keadaan yang representatif, namun cukup
bisa memberi gambaran mengenai masalah tebasan bila di-
praktikkan pada desa-desa yang mayoritas penduduknya ada-
18 Benjamin Whit, “The Economic Importance of Children in a Java-
nese Village”. (mimeo) Desember, 1972, hal. 6 dan 7.
19 Herman Soewardi, Respon Masyarakat Desa Terhadap Modernisasi
Produksi Pertanian Terutama Padi, thesis Ph. D. Universitas Pajajaran,
1972, hal. 12.
20 H. Ten Dam, “Cooperation and Social Stucture in the Village of
Cibodas” dalam Indonesian Economics, The Concept of Dualism Theory
and Practice. W. van Hoeve Publisher Ltd. The Hague, 1966, hal. 349.
37