Page 161 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 161

Gunawan Wiradi

            Tahun 1957, panitia ini berhasil menyusun RUU yang
            memuat, antara lain, butir-butir penting berikut ini: (a) asas
            domein dalam UU Agraria 1870 dihapuskan diganti dengan
            asas “hak menguasai oleh Negara”, sesuai dengan ketentuan
            pasal 38 ayat 3 dari UUDS 1950; dan (b) asas bahwa tanah
            pertanian harus dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh
            pemiliknya.
                Tetapi, RUU ini belum sampai diajukan ke DPR, dan panitia
            ini diperbarui lagi pada tahun 1958 di bawah pimpinan Soenaryo.
            Panitia ini berhasil merumuskan naskah Rancangan UUPA
            (dikenal dengan Rancangan Soenaryo) yang sebenarnya sudah
            “semi final”. Akan tetapi karena semua pihak menginsyafi benar
            pentingnya masalah agraria, maka Presiden Soekarno dalam
            amanatnya yang menyertai penyampaian naskah itu ke DPR,
            meminta agar kalangan ilmiah, antara lain Universitas Gadjah
            Mada, dimintakan pendapatnya. Maka dibentuklah panitia
            kerjasama antara DPR dan Universitas Gadjah Mada untuk
            membahas dan menyempurnakan RUU tersebut.


            C. Reforma Agraria Pada Masa Demokrasi Terpimpin
               (1959-1965)

                Dalam kondisi politik yang terus bergejolak seperti
            digambarkan di atas, maka akhirnya pada tanggal 5 Juli 1959
            Presiden Soekarno menyatakan Dekrit “kembali kepada UUD
            1945”. Dengan demikian, Konstituante dibubarkan, sistem
            pemerintahan kembali kepada sistem presidensial, dan DPR
            hasil pemilu 1955 dibubarkan dan diganti menjadi DPR Gotong
            Royong. (Proses dan latar belakang tentang dekrit ini tentu
            akan terlalu panjang untuk diceritakan di sini.)

            124
   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166