Page 163 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 163
Gunawan Wiradi
(dengan ganti rugi) oleh pemerintah, lalu didistribusikan kepa-
da rakyat (penggarap, tunakisma).
Pelaksanaan landreform tersebut mulai dilancarkan oleh
pemerintah sejak 24 September 1961, dengan pertama-tama
membentuk panitia-panitia di ketiga tingkat daerah otonom
untuk melakukan pedaftaran milik tanah yang melebihi mak-
simum, serta tanah-tanah guntai (absentee). Langkah tersebut
saat itu baru meliputi pulau Jawa, Bali, Sulawesi dan Kepulauan
Nusa Tenggara. Secara keseluruhan di daerah tersebut, ter-
dapat sekitar 27.000 pemilik sawah yang miliknya melebihi
batas maksimum. Jumlah luas kelebihan maksimum itu semua-
nya ada sekitar satu juta hektar, yang kemudian akan didistri-
busikan kepada rakyat tani kecil yang membutuhkan. Bagai-
mana proses selanjutnya tidak begitu mudah untuk menggam-
barkannya, karena data yang akurat sukar diperoleh. 2
Dalam periode demokrasi terpimpin ini, garis besar kebi-
jakan pemerintah sangat jelas yaitu tercermin dalam sembo-
yan: “Berdaulat dalam politik, berdikari di bidang ekonomi
dan berkepribadian dalam kebudayaan”. Masalah pertanian
menjadi prioritas, dan pembaruan agraria dijadikan titik tolak
sebagai landasan pembangunan. Kampanye landreform mem-
bahana dan untuk menunjang pelaksanaannya, maka sejak
tahun 1961 dan tahun-tahun berikutnya ditetapkanlah sejum-
lah aturan perundang-undangan serta dibentuk bermacam
2 Dengan berkuasanya Orde Baru pasca tragedi 1965, fungsi in-
stansi agraria telah dijungkirbalikkan, sehingga pendataannya
terbengkalai dan data yang ada tentang gerakan landreform
menjadi kurang bisa dipercaya.
126