Page 164 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 164

Seluk Beluk Masalah Agraria

               kelembagaan. UU Landreform No. 56/1960 yang tersebut di
               atas kemudian diperlengkapi pula dengan landasan hukum bagi
               langkah turunannya yaitu PP No. 224/1961 tentang Obyek
               Landreform dan PP No. 10/1961 tentang pengukuran desa
               lengkap. Demikian pula, melalui Keppres No. 131/1961 diben-
               tuk Panitia Landreform Nasional, yang kemudian disempur-
               nakan melalui Keppres No. 263/1964 dibentuk Panitia Land-
               reform tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kecamatan (waktu
               itu disebut dengan istilah Daerah Swatantra Tingkat I, II dan
               III) dalam rangka otonomi daerah. Pada tahun 1964 dibentuk
               pula Panitia Pengadilan Landreform untuk memutuskan seng-
               keta-sengketa yang terkait dengan pelaksanaan landreform.
                   Karena persepsi masyarakat (yang keliru) bahwa landre-
               form adalah program mendistribusikan tanah, dan kemudian
               timbul pertanyaan, tanah siapa dan tanah apa yang dibagi-
               bagi, maka lantas timbullah istilah “tanah obyek landreform”.

               Sebenarnya, dalam artinya yang benar, sesuai dengan penger-
               tian UUPA sebagai Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
               maka yang menjadi “obyek reform” adalah semuanya: ya tanah
               pertanian, ya tanah kehutanan, ya tanah perkebunan, dll.
               Semua itu harus ditata-ulang peruntukannya. Jadi, tidak harus
               didistribusikan, tetapi juga di”redistribusi”. Artinya, diserasi-
               kan, agar rakyat memperoleh hak secara relatif merata dan
               adil. Ketentuan perundangan untuk masing-masing kategori
               ini masih akan dijabarkan lebih lanjut, meski yang dipriori-
               taskan pada saat itu adalah tanah pertanian rakyat.
                   Tetapi jika kita terima dulu pemahaman yang salah kap-
               rah tersebut di atas, maka menurut kehendak semula (dan
               juga menurut hukum yang ada), tanah “obyek landreform”

                                                                  127
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169