Page 162 - Seluk Beluk Masalah Agraria : Reforma Agraria dan Penelitian Agraria
P. 162

Seluk Beluk Masalah Agraria

                   Dengan dekrit tersebut, maka di bidang pertanian dan
               agraria, politiknya jelas, diarahkan “kembali” kepada se-
               mangat UUD 1945. Rancangan UUPA yang sebelumnya masih
               mengacu kepada UUDS 1950 kemudian harus disesuaikan
               dengan UUD 1945 ini. Hal inilah yang menjadi tugas Panitia
               Ad Hoc DPR dengan Universitas Gadjah Mada di atas yang
               akhirnya berhasil mencapai kesepakatan dan menghasilkan
               naskah baru pada tahun 1959. Naskah ini lantas dijadikan dasar
               oleh Departemen Agraria untuk menyusun Rancangan UUPA
               yang baru yang dikenal dengan “Rancangan Sadjarwo” (sesuai
               nama Menteri Agraria yang menjabat pada saat itu). Pada
               tanggal 1 Agustus 1960, RUU yang baru itu secara resmi disam-
               paikan oleh pemerintah kepada DPR-GR. Setelah dibahas,
               RUU itu diterima dan disahkan oleh DPR Gotong Royong,
               dan diundangkan pada tanggal 24 September 1960 dalam
               Lembaran Negara No. 104 Tahun 1960 sebagai UU No. 5/

               1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (dikenal
               sebagai UUPA 1960).
                   Apa yang dikenal sebagai UUPA 1960 ini, sesuai dengan
               judul aslinya Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, isinya
               sebenarnya baru berupa prinsip-prinsip dasar belaka. Karena
               itu, berbagai ketentuan yang terdapat di dalamnya sedianya
               akan dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai undang-undang
               khusus. Salah satu penjabaran itu adalah UU No. 56/1960
               (yang semula berupa PP pengganti UU), tentang Penetapan
               Luas Tanah Pertanian, yang kemudian secara salah kaprah
               dikenal sebagai UU Landreform. Atas dasar pertimbangan
               kondisi saat itu, masalah pertanian rakyat inilah yang dijadikan
               prioritas. Tanah-tanah yang melebihi batas maksimum diambil

                                                                   125
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167