Page 212 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 212
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
demikian, mengutip Semprot, orang semestinya tidak perlu meributkan
pekik berontak yang marak terdengar.
Selain “merdeka” dan “berontak”, salam perjuangan lain yang
populer di Jawa Tengah adalah “darah”. Mengutip Anton Lucas, salam
“darah” yang diteriakkan dengan dua tinju terkepal menjadi simbol
persatuan—satu jiwa, satu perjuangan—untuk menentang penjajahan.
Di samping itu, salam itu menjadi lambang kesiapan hati untuk
menumpahkan darah penjajah serta membalas dendam atas berbagai
bentuk penindasan di masa penjajahan Jepang .
54
4.12. Masa Bersiap
Masa bersiap (bersiap tijd) merujuk periode 4,5 bulan pertama
kemerdekaan Indonesia. Di satu sisi, periode ini memotret perjuangan
rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Sementara di lain sisi,
periode ini digambarkan sebagai masa penuh kekacauan, kekerasan,
dan sentimen nasional. Di samping itu, periode inipun dipenuhi dengan
aba-aba maupun seruan “siap” sebagai tanda kesiapan untuk
mengambil alih kekuasaan serta penolakan penjajahan (lagi).
Paragraf-paragraf di bawah ini merupakan gambaran singkat
masa bersiap di beberapa lokasi di Jawa Tengah. Secara khusus,
paragraf-paragraf berikut ini akan menyinggung berbagai pertempuran
di Jawa Tengah yang relatif sering dibicarakan atau dikenal.
Sebagaimana telah disinggung di awal tulisan, pertempuran-
pertempuran yang dimaksud diantaranya ialah pertempuran Kota Baru,
Magelang, Ambarawa, Semarang, dan Surakarta, sebagaimana akan
dijelaskan berikut ini.
4.13. Kota Baru
Amanat Hamengku Buwono IX dan Pakualam VIII memantik
sentimen anti-Jepang di Yogyakarta. Penyergapan dan penangkapan
tentara Jepang acap kali terjadi di sana, terutama dilakukan oleh
Angkatan Muda Pathook pimpinan Kusumo Sunjoyo dan Angkatan
Muda Gowongan pimpinan Wagiyono. Jenderal Nakamura yang
melintasi Ngabean pun tidak luput dari sasaran. Ia dicegat oleh
Angkatan Muda Pathook dan mengajak berunding di Hotel Tugu .
55
Sentimen anti-Jepang dan pengambilalihan kekuasaan semakin
marak seiring dengan pembentukan Badan Sensoer. Badan yang
200