Page 363 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 363
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
mengendalikan situasi dengan otoritas feodalnya. Untuk
mencegah semakin buruknya situasi, komandan pasukan telah
merancang operasi militer terutama di Tabanan dan Badung
Utara sebagai daerah-daerah sarang teroris karena pemimpin
51
utamanya masih bebas berkeliaran di sana.‖
Untuk mengatasi aksi teror pemuda, pihak Belanda menambah
jumlah personil militernya. Pada 19 Maret 1946, dua kompi Eropa dari
Sumbawa diberangkatkan ke Bali. Pada 25 Maret 1946, satu batalyon
pasukan Bali dan Lombok juga mendarat untuk memperkuat operasi
militer mereka. Sementara itu, di Timor berlangsung serah terima
52
pasukan Australia kepada komandan pasukan Hindia Belanda, KNIL.
Periode dari Agustus 1945 sampai Maret 1946, daerah Sunda
Kecil—dan di Indonesia secara umum—memang berada dalam kondisi
ketidakpastian. Menyusul absennya otoritas Negara, anarki merajalela
di pusat pemerintahan Republik Sunda Kecil, di Bali. Meskipun, seperti
akan dijelaskan berikut ini, kondisi di setiap swapraja berbeda satu sama
lain. Hal ini bisa dilihat misalnya di Tabanan dan Klungkung. Kondisi raja
Tabanan yang lemah telah membuka kebebasan bagi para pemuda
untuk bergerak dalam perlawanan, ketimbang di Klungkung.
Perbedaan antara dua swapraja ini paling jelas di bidang militer.
Milisi anti-Republik, BKN, yang dibentuk di Klungkung oleh Dewa
Agung pada pertengahan Nopember 1945 diperkirakan memiliki 5000
anggota pada Januari 1946. Sementara BKR/TKR hanya berhasil
memobilisasi sekitar 100 orang untuk mendukung Republik. Menjelang
Maret 1946, republikanisme merupakan gerakan perlawanan yang
sangat lemah di Klungkung. Sebaliknya, di Tabanan berkembang
53
perlawanan politik yang militan. Para mantan pejabat swapraja di
Tabanan—punggawa: Marga, Bajera, Selemadeg, Kerambitan, Kediri,
Penebel, Sedahan Agung, Sedahan Pupuan dan Kepala Polisi Tabanan—
menjadi pemimpin utama mobilisasi pemuda di bawah panji
Republikanisme.
Sumber daya ekonomi, sosial dan politik yang pernah
dimanfaatkan untuk kepentingan penjajah, kini menjadi basis
bangkitnya perjuangan kaum Republikan di swapraja Tabanan dan
sebagian besar di Badung dan Buleleng. Cita-cita politik dan gaya politik
Republik mendapat respons yang luas di daerah-daerah basis melawan
rekolonialisasi, yaitu kembalinya kekuasaan Sekutu atau Belanda.
54
351