Page 361 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 361

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Situasi  ini  dimanfaatkan  oleh  unsur-unsur  ekstrimis  untuk
                melancarkan propaganda tentang kemerdekaan Indonesia dan Republik.
                Berdasarkan alasan-alasan ini, Letkol ter Meulen memerintahkan kepada
                komandan  pasukan  agar  segera  menangkap  Gubernur  Pudja  dan
                pendudukan  atas  rumah  dinas  Residen  serta  mengibarkan  bendera
                Belanda di sana. Pada 12 Maret 1946, penangkapan dilakukan terhadap
                                                                        50
                Gubernur Pudja dan aparatur negara RI Sunda Kecil lainnya.

                6.6. Konflik di Daerah
                         Sebagaimana diketahui, revolusi Indonesia adalah perang untuk
                memertahankan  kemerdekaan  Indonesia,  yang  dilakukan  baik  dengan
                cara  gerilya  maupun  terbuka.  Dan  hal  ini  pula  yang  terjadi  di  Sunda
                Kecil.  Sementara  pihak  Belanda  menyebutnya  sebagai  gerakan  teroris
                dari kelompok ektremis di daerah rekolonialisasi. Sebuah laporan resmi
                oleh  Komandan  Amacab,  van  Beuge,  tentang  pendudukan  kembali
                pulau Bali selama dua minggu, 2-15 Maret 1946, menyatakan bahwa:

                          ―Di Denpasar selama enam bulan terakhir ini menjadi sarana
                         agitasi  politik  para  pemuda,  dan  daerah  ini  berada  dalam
                         keadaan kacau. Raja Tjokorda Alit Ngurah, penguasa swapraja
                         di  Badung  adalah  seorang  sosok  yang  lemah.  Termasuk  juga
                         punggawa  kita  di  Puri  Pemecutan  meskipun  sangat
                         berpengaruh.  Sementara  Punggawa  Kesiman  kehilangan
                         pengaruh di distriknya. Di Tabanan, para pemuda membunuh
                         orang-orang yang setia kepada Belanda dan menolak Republik
                         seperti  Punggawa  Penebel  dan  Tabanan  pada  bulan  Februari
                         1946.  Selain  itu  banyak  terjadi  teror,  perampokan  dan
                         intimidasi.  Rajanya  adalah  sosok  yang  lemah  seperti  juga  di
                         Badung.  Namun  aparat  pemerintahan  masih  berfungsi  baik.
                         Sementara aparat kepolisian masih melakukan tugas-tugasnya.
                         Ketika patroli militer dijalankan pada tanggal 8 Maret 1946, di
                         desa-desa  Penebel,  Blayu,  setelah  melalui  beberapa  kali
                         peringatan  maka  penembakanpun  dilakukan.  Tiga  orang
                         anggota  perampok  tertembak  mati.  Titik-titik  kerawanan
                         aktivitas  teroris  meliputi  desa-desa:  Jegu,  Darma,  Riang,
                         Buahan,  Sudimara,  Blayu  dan  seluruh  distrik  Bajra.  Pemimpin
                         utamanya  adalah  I  Gusti  Wayan  Debes,  Komandan  TKR
                         Tabanan, seorang bekas Sersan Mayor Prayoda. Di Jembrana,



                                                                                 349
   356   357   358   359   360   361   362   363   364   365   366