Page 364 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 364
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada minggu pertama bulan April, ter Meulen melaporkan
dalam ―Commandements and Order No. 1‖, 8 April 1946, bahwa 52
orang Bali telah dibunuh dan banyak lagi luka-luka selama patroli KNIL.
Korbannya termasuk pemuda yang tidak penting dan orang Bali yang
hanya bertindak di bawah ancaman anggota lain dan bahkan seorang
perempuan dan anak kecil yang tidak ada kaitannya dengan gerakan
perlawanan. Secara bertahap para pegawai sipil pra-perang digantikan
55
generasi muda yang tidak punya pengalaman di Hindia. Aparat baru ini
lebih mudah bekerjasama dengan pihak berwenang militer, sehingga
tercipta konsolidasi sebuah aparatur negara yang sangat otoriter di
56
seluruh kawasan. Ditahannya para pemimpin aparat Republikan
moderat dan rekolonialisasi dengan agresi bersenjata oleh pihak militer
Belanda, telah mengakibatkan perjuangan bersenjata dari organisasi
pemuda dan tentara Republik (TKR) terkonsentrasi di Bali. Hampir
selama tahun 1946, aksi-aksi KNIL cukup menggila dan direspons
dengan perlawanan gerilya pemuda pejuang yang militan dan
revolusioner. Dapat dikatakan bahwa untuk beberapa bulan sepanjang
tahun 1946, respons revolusi di Sunda Kecil, khususnya di Bali
berkarakter konflik militer antara ―orang Bali Indonesia kaum
republikan‖ melawan ―negara kolonial‖. Karakter inilah yang
57
membedakan Bali dengan revolusi sosial lain seperti peristiwa tiga
daerah di Jawa Tengah, revolusi sosial di Aceh dan Sumatera Timur
58
pada masa awal revolusi Indonesia.
Oleh pihak Belanda, pemerintahan sipil RI Sunda Kecil dianggap
tidak mampu mengendalikan keamanan dan ketertiban di wilayahnya
dan telah menyerahkan kekuasaan kepada Gabungan Raja-raja. Selain
itu, aparat Sekutu dan Belanda NICA sudah terlebih dahulu mendekati
raja-raja di Bali dan pulau-pulau lain, yang mau bekerjasama untuk tidak
mengakui pemerintah RI Sunda Kecil. Penolakan ini berdasarkan alasan
bahwa kalahnya Jepang dan menangnya Sekutu memberi peluang
kembalinya Belanda, sebagai anggota Sekutu, ke Indonesia, bekas
daerah jajahannya sebelum perang.
Akan tetapi, kondisi Indonesia telah berubah sesudah perang.
Tercipta kondisi yang berbeda antara Hindia Barat (Jawa dan Sumatera),
daerah basis bagi mayoritas pendukung nasionalis, dan Hindia Timur
(Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil), yang masih dikuasai
kaum aristokrat konservatif sehingga segera dapat diduduki kembali
oleh tentara Sekutu. Tambahan pula, usul untuk mendirikan sebuah
352