Page 443 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 443

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                           Disisi lain, Sultan Hamid II dinobatkan pada tanggal 29 Oktober
                1945  sebagai  penguasa kerajaan  Pontianak  dan  sekaligus  wali  negara
                NICA untuk Kalimantan Barat. Kedudukan Sultan Hamid semakin kuat
                dengan dikeluarkannya besluit No 3/L tanggal 30 September 1946 oleh
                Gubernur  Jendral  Belanda.  Besluit  itu  berisikan  tentang  pemberian
                wewenang  pemerintahan  sendiri  kepada  Kalimantan  Barat  dan
                pembentukan Dewan Kalimantan Barat (DKB). Maka pada 22 Oktober
                1946,  Sultan  Hamid  II mengadakan  pertemuan  dengan  para  raja  dan
                panembahan  di  seluruh  Kalimantan  Barat.  Dalam  pertemuan  itu
                disepakati  terbentuknya  Dewan  Borneo  Barat  (Kalimantan  Barat)  yang
                akan berkuasa atas 12 landschappen dan tiga neo landschappen yang
                ada  di  Kalimantan  Barat.  Adapun  ke  12  landschappen  dan  tiga  neo
                lansdschappen itu adalah kerajaan Pontianak, kerajaan Sintang, kerajaan
                Sanggau,  kerajaan  Mempawah,  kerajaan  Sambas,  kerajaan  Landak,
                kerajaan  Kubu,  kerajaan  Sekadau,  kerajaan  Tayan,  kerajaan  Sukadana,
                kerajaan  Matan,  dan  Simpang,  dan  tiga  neo  landschappen  meliputi
                Meliau, Pinoh, dan Kapuas Hulu. Selanjutnya secara resmi pemerintah
                Belanda mengeluarkan Besluit Luitnan Gourvemeur General Nederlands
                Indie no 8 tanggal 2 Maret 1948 tentang pembentukan DIKB (Daerah
                Istimewa  Kalimantan  Barat)  yang  merupakan  federasi  dari  12
                landschappen dan tiga neo landschappen.

                             Tidak hanya di Pontianak, Perlawanan juga menjalar di berbagai
                daerah Kamimantan Barat.  Sikap patriotik dilakukan pejuang bernama
                Ali  Anyang,  yaitu    dengan  mengibarkan  bendera  Merah  Putih  di
                halaman Rumah Sakit Sungai Jawi. Akibat keberanianya itu, Ali Anyang
                ditangkap  dan  dikirim  ke  penjara  di  Sungai  Jawi.  Setelah  keluar  dari
                penjara, Ali Anyang dan kawan-kawan kembali melakukan perlawanan
                dengan  mendirikan  Barisan  Pemberntakan  Indonesia  Kalimantan  Barat
                (BPIKB)  yang  bermarkas  di  Singkawang.  Untuk  menghindari  dan
                mengelabui  Pemerintah  NICA,  Ali  Anyang  menggunakan  nama-nama
                samaran  di  beberapa  daerah.  Perlawanan  Ali  Anyang  di  Singkawang
                dan Bengkayang menyamar dengan nama Indra Marjuki, di Kecamatan
                Pemangkat  dengan  nama  Bung  atau  Pak  Bung,  di  Kecamatan  Tebas
                dengan nama Pak Suamat, A.Muin atau Usu Muin.  Sepak terjang Ali
                                                                  64
                Anyang  dengan  memimpin  penyerangan  ke  tangsi  militer  Belanda  di
                beberapa  daerah  membuat  kedudukan  Belanda  terancam.  Maka
                Belanda  mengerahkan  pasukanya  untuk  menangkap  Ali  Anyang.
                Namun,  berkat  strategi  menggunakan  nama  samaran  dan  sering




                                                                                 431
   438   439   440   441   442   443   444   445   446   447   448