Page 445 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 445
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Belanda datang ke Pemangkat menggeledah rumah Dain Harun yang
dijadikan markas dari Aksi Pemuda Pemangkat dan juga ingin
menangkap Dain Harun. Namun, sebelumnya Dain Harun telah
menyelamatkan diri dibantu kawan–kawannya bersembunyi ke
Singapura dan kemudian ke Tegal. Belanda hanya menemukan istri Dain
Harun dan para pemuda pejuang dari kampung Sungai Kelambu yang
didatangkan Abd. Mustafa dan H. Saleh yang rencananya akan
melakukan sabotase dan pencegatan. Namun, sebelum rencana itu
dilakukan pihak Belanda sudah mengetahui, sehingga terjadi baku
tembak yang mengakibatkasn dua orang pejuang tewas dan tiga orang
luka-luka. Pejuang yang tewas adalah Johan dan Mohammad Budjang.
Perjuangan tidak berakhir di situ saja, meski banyak para
pemimpin mereka ditangkap. Sisa anggota Aksi Pemuda Pemangkat
yang dapat menyelamatkan diri kemudian berkabung dengan BPIKB
yang dipimpin Ali Anyang. Sementara di Bengkayang pada tanggal 16
April 1946 berdiri PORI (Persatuan Olah Raga Indonesia) yang dipimpin
oleh Uray Bawadi, Misni Gaffar dan Hakim. Tujuan organisasi PORI tidak
semata-mata melakukan pembinaan kepada para pemuda di bidang
olah raga, budaya, sosial-ekomi, tapi juga untuk mempertahankan
kemerdekaan. Sebelum terjadinya pemberontakan di Pemangkat, di
rumah A. Samad Mustafa diadakan rapat gelap yang dihadiri oleh
beberapa utusan dari Mempawah, Semparuk dan juga Bengkayang.
Namun rapat tersebut tercium pihak Belanda, sehingga terjadi
penggeledahan tetapi tidak ada yang ditangkap.
Untuk menghindari penangkapan Belanda, maka A. Samad
bersembunyi di Sungai Pinyuh, kemudian ke Anjungan, Sanggau Ledo,
Bengkayang dan akhirnya ditangkap di Sambas dan dipenjarakan di
sana. Kemudian A. Samad bersama kawan-kawannya seperti Munzilli
Nawawi, Alius Jamal, Lelek M. Rani, dipindahkan ke penjara
Mempawah, Pontianak, Cipinang dan akhirnya Nusa Kambanga. 66
Penangkapan para pemimpin pejuang di Pemangkat menandakan mata-
mata Belanda mengawasi dengan ketat, sehingga sangat susah untuk
melakukan perjuangan. Karena itu, banyak yang melanjutkan
perjuangannya di Jawa. Pejuang Pemangkat hijrah ke Jawa melalui
Singapura, seperti Uray Bawadi, Dain Harun, Murni Gafar, M. Thoyib
Mustafa, Zainuddin, Ibrahim Budjang, Ali Ahmad Gazali, Doleng Naim,
67
Sy Syalim Sy Ambun dan lain-lain.
433