Page 450 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 450
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa 10 Oktober 1945 di Banjarmasin menyulut kemarahan
dan kekecewaan rakyat di daerah. Dan kekecewaan semakin bertambah
ketika mendengar para pemimpin dan ulama mereka berkhianat dengan
menjadi pendukung Pemerintah NICA. Pemerintah NICA mengangkat
Ibrahim Sedar sebagai Commisie Kepala, Pangeran Musa Ardikesuma
menjadi Kiai Besar, dan banyak Kiai dan orang Indonesia bekas pegawai
Belanda kembali direkrut NICA. Maka tidak mengherankan kalau banyak
terjadi perlawanan di daerah yang menolak kehadiran tentara Sekutu
dan NICA.
Bentuk-bentuk perlawanan rakyat yang terjadi dilakukan secara
perorangan atau berkelompok dan terorganisir, secara fisik dan non-
fisik. Bentuk perorangan non-fisik bisa dilihat dari apa yag dilakukan
oleh Witono, seorang penyiar radio, yang memberikan semangat
kepada para pelajar di kelas. Bentuk perlawanan berkelompok non-fisik
dilakukan oleh para pemuda dan rakyat yang secara spontan
mengibarkan bendera Merah Putih dan berkeliling membawa bendera
sambil meneriakan ―merdeka‖. Perlawanan secara fisik paling banyak
ditemui di daerah, sebab hampir semua daerah di Kalimantan Selatan
menolak kehadiran tentara NICA.
Di samping bentuk perlawanan yang telah disebutkan diatas,
ada bentuk organisasi perlawanan yang memang direncanakan untuk
melakukan perlawanan bersenjata, walaupun sederhana dan terbatas.
Misi organisasi ini adalah untuk melakukan sabotase, penyebaran
pamflet, propaganda, pembunuhan terhadap antek-antek NICA dan
yang lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh dari pola gerakan
demikian:
1. Badan Pembrontakan Rakyat Kaimantan (BPRK) diketuai oleh A.
Ruslan mempunyai misi untuk merealisasikan pemerintahan
Republik Indonesia. Organisasi ini dipelopori oleh pemuda PRI.
Selain itu, tugas BPRK adalah mencari dan mengusahakan alat-alat
perang bekas Jepang, penyebaran pamflet yang isinya menentang
kehadiran NICA, mendukung proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, membangkitkan rasa permusuhan di kalangan rakyat
terhadap NICA dan pendukung-pendukungnya. BPRK berhasil
dalam penyerangan pada tanggal 9 November 1945di Banjarmasin
terhadap NICA, membakar mobil NICA di Padang Rantau,
menyerang pos polisi dan merampas karahijn. NICA menganggap
438