Page 455 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 455
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pattirai. Mereka adalah contoh pejuang yang mempertahankan
kemerdekaan di Pagatan.
Setalah berhasil menguasai Pagatan, tentara NICA langsung
menyerang Kota Baru. Serangan NICA yang tak terduga terjadi pada
tanggal 8 Pebruari waktu dini hari. Dengan pasukan yang besar, NICA
menyerang Kota Baru dari dua arah, yaitu arah selatan dari Banjarmasin
dan arah utara dari Balikpapan. Penyerangan yang tak terduga dengan
kekuatan yang besar tidak mampu dibendung oleh BKR, sehingga
banyak korban yang jatuh dan tertawan, di antaranya adalah pimpinan
BKR Kota Baru Guru Alwi, Peran Kamar, dan lain-lain berjumlah 17
orang.
Pemberontakan juga terjadi di Marabahan, masih di Kalimantan
Selatan, pada tanggal 5 Desember dan dilakukan oleh gabungan antara
PPRI yang didirikan pada tanggal 1 September1945 di bawah pimpinan
M. Ruslan dengan rombongan IX pelopor BPRI yang dikirim oleh Bung
Tomo dan dikepalai oleh H. Achmad Hassan dan Djaderi. Penyerangan
dari gabungan pemuda dipimpin oleh H. Taberidji dan M. Bahaudin,
sementara dari pihak NICA diwakili oleh Anang Kaderi. Penyerangan ini
dimenangkan H. Taberidji dan kawan-kawan, sehingga Marabahan dan
sekitarnya menjadi daerah bagian RI dan murunkan bendera Belanda
dan menaikan bendera Merah Putih.
Demikianlah, organisasi di atas terbentuk sebagai reaksi
penolakan terhadap pengambilalihan kekuasaan Pemerintah NICA dan
tidak diakuinya kemerdekaan Republik Indonesia. NICA mulai
melakukan penangkapan terhadap para tokoh pejuang dan
memasukan mereka ke penjara di Banjarmasin. Selain itu, dari pihak
pemuda pejuang banyak yang tewas dalam pembrontakan itu, karena
kekuatan dan persenjataan yang tidak seimbang, sehingga
kemenangan ada di pihak NICA.
Daerah–daerah yang telah dikuasai oleh pemuda-pemuda itu
akhirnya dapat direbut kembali oleh NICA. Secara berturut–turut pada
permulaan tahun 1946 NICA sudah menyatakan telah menguasai
daerah–daerah Kalimantan Selatan, dan juga Kalimantan Tengah.
Namun, rakyat tetap melakukan perjuangan secara sembunyi-sembunyi
dan membantu para pejuang yang melakukan perang gerilya. Untuk
meredam kemarahan rakyat dan mengatasi situasi yang ada, maka
Belanda menyetujui keinginan rakyat Kalimantan Tengah seperti Kota
443