Page 458 - (New Flip) Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
P. 458
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
oleh rakyat yang tidak mengetahui sama sekali rencana Sekutu dan
NICA pada waktu itu. Namun setelah mendengar sendiri dari Jendral
Sir. Thomas Albert Blamey pada tanggal 24 Oktober 1945, barulah
masyarakat tersadar bahwa pemerintah NICA kembali menduduki
Balikpapan.
Berbagai bentuk penolakan dilakukan oleh rakyat kalimantan
Timur, salah satunya dengan melakukan pemberontakan di berbagai
tempat di kalimantan Timur, seperti Balikpapan, dan Samarinda. BPRI
didirikan sebagai gerakan pemberontakan pada tangga 13 Januari
1946 di Balikpapan dengan diketuai oleh Kasmani. Di Samboja, Muara
Jawa, Sangkulirang, dan Samarinda berdiri anak cabang BPRI yang
dipimpin oleh Mandar, Anang Guntha, Sastrowardoyo, dan M Thahir.
BPRI pimpinana Kasmani melakukan penculikan, sabotase, mata-mata,
perampasan senjata, pembunuhan, penghadangan terhadap pasukan
NICA. Pada Maret 1946 banyak kaki tangan Belanda yang melarikan diri
dan bergabung dengan BPRI seeperti Herman Runturambi dari
kepolisian NICA Balikpapan, Johan Masael dari kepolisian KILAT NICA ,
Tjetje dari Militaire Politie Balanda dan sebagainya.
Kedatangan Tentara NICA di Sanga-Sanga membuat rakyat
dalam keadaan tertekan dan ingin melakukan pemberontakan. Pada
tanggal 30 Desember 1945 pengurus BPPD mengadakan pertunjukan
sandiwara yang berjudul ―Meja Hijau‖. Ternyata pementasan ini hanya
berjalan satu kali, karena pemerintah NICA menangkap anggota BPPD.
Seluruh aset dan dokumen BPPD disita dan para pemimpinnya ditawan
dan dipenjara di Balikpapan. Meskipun BPPD dibubarkan tetapi para
pejuang membentuk organisasi baru yang diberi nama BPRI (Badan
Pembela Republik Indonesia) yang dipimpin oleh R Soekasmo. BPRI
adalah gerakan bawah tanah yang bertujuan untuk melawan
kekuasaan NICA dan merebut kota Sanga-Sanga.
Pada tanggal 16 Juli 1946, di Malino Sulawesi Selatan Let. G.G.
Dr. H.J. van Mook telah membuka secara resmi ―Muktamar Malino‖
yang akan mendirikan Negara-negara boneka Indonesia Timur dan
Borneo. Adanya berita ini maka pihak I.N.I menyatakan menentang
keras Muktamar Malino tersebut dan Kalimantan Timur tidak mau
dijadikan Negara boneka, serta menolak undangan yang disampaikan
oleh Pemerintah Kesultanan Kutai.
446